Come on

Follow me @teguhspambudi

Thursday, April 2, 2009

Master Efisiensi di HP

Share this history on :
Dia berhasil menjawab keraguan untuk menata raksasa teknologi yang sempat kacau ini. Terbukti, bisnis-bisnis inti kembali tumbuh. Toh, laiknya manusia, dia dianggap masih menyimpan kekurangan.

Teguh S. Pambudi


Maret 2005. Sewaktu Mark Vincent Hurd diangkat menjadi CEO Hewlett-Packard Co. (HP) pada bulan itu, pertanyaan yang terlontar dari banyak pengamat adalah: Siapa tuh Mark? Bisakah dia menata perusahaan yang kacau?

Wajarlah orang bertanya demikian. Hurd menempati posisi puncak di HP yang sebelumnya diduduki Carly Fiorina. Dan Fiorina jelas bukanlah wanita biasa. Dia adalah wanita favorit media massa yang telah menjadi otak megamerger HP dengan Compaq Computer Corp. pada 2002. Saking hebatnya, beberapa kali dia dinobatkan sebagai most powerful woman oleh media massa. Malang, dia terempas karena merger yang dirancangnya tak kunjung menunjukkan performa seperti yang diharapkan dan menempatkan HP dalam situasi yang kusut.

Sebagai pengganti, Hurd bukanlah sosok sepopuler Fiorina. Begitu pula dilihat dari perusahaan tempat dia berkiprah sebelumnya. Dia adalah CEO NCR Corporation, perusahaan pembuat cash registers dan ATM, yang skala bisnisnya jauh lebih kecil ketimbang HP.

Untuk menjawab keraguan publik, saat memperkenalkan CEO baru, Chairman HP Patricia C. Dunn mengatakan bahwa lelaki yang menghabiskan masa kecil di New York ini adalah pilihan bulat Dewan Komisaris karena kemampuan eksekusinya yang hebat, serta rekam jejaknya dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham. "Sekalipun NCR lebih kecil ketimbang HP, perusahaan itu tetap sebuah organisasi global yang kompleks dengan segmen bisnis yang beragam. Dan Mark membangun tim kepemimpinan yang kuat, memperkuat posisi lini-lini produk dan memperbaiki efisiensi operasi,” begitu kata Patricia Dunn yang posisinya juga akhirnya dipegang Hurd pada 22 September 2006.

Sebetulnya, NCR adalah salah satu perusahaan besar AS ketika Hurd bergabung di dalamnya pada 1980 sebagai tenaga penjual. Lelaki kelahiran 1 Januari 1957 ini menghabiskan waktu 25 tahun di NCR dengan puncak kariernya sebagai CEO dan presiden pada 2001. Sebelum tahun-tahun itu, dia sempat menjadi Kepala Teradata, divisi data-warehousing milik NCR. Sebelumnya lagi, dia dipindah-pindah seperti di operasional, penjualan dan pemasaran. Sebuah perjalanan yang cukup komplet bagi seorang eksekutif.

Selaku CEO, kepemimpinannya ditandai dengan kesuksesan meningkatkan efisiensi operasi, memperkuat lini produk dan membangun tim manajemen yang kuat. Pada tahun fiskal 2004, pendapatan NCR mencapai US$ 6 miliar, naik 7% dari tahun sebelumnya, sementara laba bersihnya melonjak hampir lima kali lipat mencapai US$ 290 juta. Kinerja inilah yang membuat para petinggi HP terpincut untuk merekrutnya menggantikan Fiorina. Dan kini, ketika orang bertanya apakah Hurd bisa memenuhi harapan tersebut, maka jawabannya adalah “ya”.

Sejak Hurd tiba, harga saham HP terus meningkat. Dan setelah empat tahun memegang HP, dia menjadikan perusahaan itu kembali ke posisi terhormat sebagai perusahaan teknologi papan atas setelah sempat terseok-seok. Di pasar desktop PC, pangsa pasar HP menjadi yang terbesar (16,6%) mengungguli Dell (15,5%) dan Lenovo (8%). Di portable PC, pangsa pasarnya juga terbesar (21,2%), di atas Acer (16,5%) dan Dell (14%). Dominasi pasar itu lebih terasa di pasar printer: inkjet printer (46%) dan laser printer (50,5%). HP hanya masih kalah di services, nomor dua di bawah IBM sekalipun telah mengakuisisi EDS. Namun secara keseluruhan, kinerja perusahaan yang dirintis Bill Hewlett dan Dave Packard ini cemerlang. Pada 2008 pendapatannya mencapai US$ 118 miliar, melewati IBM yang sebesar US$ 104 miliar.

Hurd menolak disebut sebagai turnaround artist atas semua pencapaiannya. "Menjalankan perusahaan seperti HP yang demikian mengglobal dan terdiversifikasi jelas hasil sebuah tim,” ujarnya merendah.

Ini adalah tipikal yang jelas sangat berbeda dari pendahulunya. Sementara Fiorina dikenal sebagai wajah kharismatik HP, seorang visioner yang haus akan publikasi, Hurd dikenal sebagai antitesis dari CEO selebriti yang gemar jepretan kamera. Dia enggan tampil di depan forum besar seperti pertemuan Davos, dan lebih fokus mengurusi bisnis.

Kendati berupaya merendah, amatlah sulit menampik peran Hurd dalam mendongkrak kinerja HP. Sewaktu dia tiba, perusahaan tengah berupaya menemukan arah yang tepat. Keuangan memang solid, tapi berjalan perlahan, dengan harga saham tertahan di posisi US$ 20/lembar. HP tengah berjuang mencetak laba untuk PC dan server, dan hanya mengandalkan bisnis printing untuk meraup keuntungan. Saking frustrasinya, ada usulan untuk memisah (spin-off) bisnis PC yang bermargin rendah, mengikuti jejak IBM yang menjual unit komputernya ke Lenovo.

Hurd datang dengan gayanya: efisiensi. Dia memangkas 15 ribu karyawan hanya dalam waktu empat bulan. Dia mengurangi jumlah orang yang membuat pengambilan keputusan jadi lebih lama, mendorong otonomi dan responsibilitas para manajernya. Percepatan dalam proses pengambilan keputusan ini menghemat US$ 2 miliar.

Dia juga merampingkan organisasi penjualan Fiorina. Dia memecah grup penjualan serta pemasaran, menempatkan mereka di unit-unit bisnis. Keputusan ini memberi para manajer kekuasaan yang lebih besar untuk mengarahkan sales spending, menyederhanakan proses yang sebelumnya sangat kompleks. "Prinsip saya: lakukan secara sederhana, penuh tanggung jawab, dan akuntabel,” ujar Hurd.

Dengan cepat Hurd membangun dirinya menjadi seorang master organisasi. Dia menata ulang struktur pelaporan bisnis-bisnis utama, dan membuang proyek-proyek simbolis seperti kesepakatan HP menjadi reseller iPod Apple.

Hurd juga mengonsolidasi data centerwarehouse komputer yang sangat mahal, yang mengoperasikan insrastruktur HP – dari 85 menjadi 6 saja. Departemen Teknologi Informasi HP juga diciutkan dari 19 ribu orang menjadi 8 ribu orang. HP lebih banyak merekrut orang bagian penjualan. HP juga memangkas penggunaan aplikasi peranti lunak, dari 6.000 jadi 1.500 software.

Tentu ada alasan mengapa langkah-langkah di atas dilakukan. Ketika awal menjadi CEO HP, Hurd segera mempelajari sisi keuangan. Dia juga menemui Komite Pencari Dewan Direksi HP di San Francisco yang memilihnya. “Dia menemui kami dan bilang, 'Oke, ini masalah kalian dan ini yang bisa kita lakukan’,” ujar Tom Perkins, pemodal ventura, mantan eksekutif HP. Langkah-langkah di ataslah yang dilakukannya, yang membuat HP kembali melangkah tegap. Langkah-langkah yang menekankan pada efisiensi.

Namun, Hurd pun peduli pada pertumbuhan. Itulah sebabnya, dia tak hanya pandai melakukan efisiensi. Di bawah kendalinya, HP terus memperbaiki upaya-upaya pemasaran, meluncurkan kampanye personal computing dengan menampilkan orang-orang top seperti desainer Vivienne Tam.

"Hal besar yang saya pelajari di NCR adalah kedisiplinan,” kata Hurd. "Kami tak punya CFO yang memberikan profit-and-loss plan. Saya harus mendeskripsikan bisnis saya dalam hal gross margins dan operating expenses. Anda harus benar-benar mandiri," lanjutnya. "Teori kami tentang SDM adalah berilah mereka tanggung jawab,” ujar Gilbert Williamson, CEO NCR ketika karier Hurd mulai menanjak.

Obsesi Hurd dengan efisiensi dan produktivitas numerik, atau yang sifatnya terukur, menjalar ke seluruh organisasi HP. Tom Hogan, yang mengepalai bisnis software senilai US$ 3 miliar, berkisah ketika dia direkrut Hurd pada 2006. "Dia bilang, ‘Kebanyakan bisnis software mencetak margin 20%. Kita rugi. Saya ingin Anda memperbaiki model bisnis di sini. Dalam 100 hari, Anda kembali menghadap saya dengan blueprint’,” ujar Hogan mengenang. Kelak, salah satu yang ditatanya adalah belanja riset & pengembangan di bisnis software. HP mengucurkan 22% dari pendapatan untuk R & D, sementara kompetitor hanya 15%. Sayang, pada 2008, margin unit software hanya 15%.

Kini, April 2009. Setelah empat tahun memimpin HP, Hurd dijuluki “master at slicing and dicing” dan “master of cost cutter”. Itulah sebutan buatnya. Yang menarik, di tengah prestasinya, masih ada yang menganggapnya kurang. Hurd belum bisa disebut sebagai “master at builder”. Dia belum bisa mereinvensi HP secara utuh. Alasannya, perusahaan ini pernah dikenal sebagai raksasa teknologi yang paling inovatif. Kini, belum lagi lahir inovasi-inovasi besar dari perusahaan ini.

Apa pun, tetap banyak yang menganggap Hurd adalah tipe CEO yang tepat untuk masa-masa sulit seperti sekarang. Karakteristiknya yang rendah hati dan menekankan pada efisiensi sangat pas untuk perusahaan yang berada di tengah turbulensi ekonomi.

0 comments: