Come on

Follow me @teguhspambudi

Thursday, April 2, 2009

Mark si Fenomenal

Share this history on :
Dalam waktu singkat, situs jejaring sosial yang dibangunnya terus popular. Bukan hanya orang kebanyakan yang terpikat, investor besar pun memburu untuk memilikinya. Inilah sang fenomena.

Teguh S. Pambudi

Siapakah Internet-darling saat ini?

Google?

Ya, itu pasti sekalipun krisis ekonomi turut memengaruhinya sehingga dijuluki “si kereta yang tengah melambat”, the slowing train. Di luar itu, bintang kejora di jagat maya adalah yang satu ini: Facebook.

Terdengar familiar? Sudah barang tentu. Anda pun mungkin punya akun di situs jejaring sosial ini. Atau malah sedikit keranjingan sehingga tak bisa lepas darinya barang sehari pun. Entah itu untuk “add friend”, mengutak-atik status, chatting, atau “gatal” kalau tak memberi tahu dunia tentang apa yang sedang Anda kerjakan dari jam ke jam.

Facebook memang fenomenal. Simak data statistik berikut: situs (laman) ini memiliki anggota aktif lebih dari 150 juta di seluruh negara dan terus bertambah setiap jamnya. Rata-rata user memiliki 100 friend dalam akunnya masing-masing. Hebatnya, dari jumlah anggota sebanyak itu, lebih dari 3 miliar menit diluangkan untuk Facebook setiap harinya. Apa yang mereka lakukan? Beragam. Tapi sedikitnya 13 juta anggota memperbarui status mereka setiap hari. Dan setiap bulannya, ada 800 juta foto serta 5 juta video di-upload. Luar biasa, bukan?

Selain kirim email via Yahoo dan googling di Google, hanya aktivitas nge-blog lewat WordPress yang disebut-sebut setara dengan rajinnya orang membuka FB (sebutan untuk Facebook). Hingga tahun 2008, WordPress yang dikenal sebagai penyedia blog paling progresif, tercatat memiliki 230 juta pengakses tetap (unique visitors) dengan 6,5 miliar halaman yang dilihat. Setiap bulannya, ada 35 juta posting baru dengan tambahan rata-rata 4 juta posting.

Adalah seorang pemuda, Mark Elliot Zuckerberg yang berada di balik fenomena Facebook. Mark mendirikan situs "The Facebook" pada 4 Februari 2004 di alamat thefacebook.com sewaktu duduk di tingkat dua Harvard University. Kelak kata “The” dihilangkan setelah membeli domain facebook.com di tahun 2005 senilai US$ 200 ribu.

Awalnya, keanggotaan Facebook terbatas pada anak-anak Harvard. Maklum, Mark memang membuat situs ini untuk dimanfaatkan teman kuliah guna memudahkan belajar bersama dan berbagi info. Dalam 2 minggu, sedikitnya 4000 mahasiswa Harvard mendaftar ke situs ini. Maka segeralah sebuah fenomena lahir. Beberapa rekan Mark, yakni Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, Andrew McCollum, dan Chris Hughes pun langsung bergabung memromosikan situs ini. Hanya sebulan setelah lahir, Facebook berekspansi ke universitas-universitas papan atas seperti Stanford, Columbia, dan Yale, untuk kemudian menyebar ke banyak universitas di AS dan Kanada.

Juni 2004, Mark pun membuat lompatan besar: memindahkan operasi Facebook ke Palo Alto, Kalifornia. Saat itu, dia mendapat suntikan dana pertama dari co-founder PayPal, Peter Thiel sebesar US$ 500 ribu. Ekspansi menuju dunia pun benar-benar dimulai.

Ellen McGirt melukiskan ketika Mark datang ke Palo Alto. “He had no car, no house, and no job,” tulisnya di FastCompany (17 Oktober 2008). Tapi roda kehidupan rupanya berputar begitu cepat buat pemuda kelahiran White Plains, New York, 14 Mei 1984 ini. Kehidupannya seperti skrip film: dari nobody menjadi somebody. Seiring popularitas karya yang dihasilkan dari kamarnya di Harvard itu, maka berduyun-duyunlah investor berlomba mengguyurkan uang untuk membeli saham Facebook Inc., perusahaan yang menaungi situs ini.

Untuk sementara waktu, puncaknya adalah Oktober 2007. Microsoft menaklukkan Google yang kian rakus untuk mencaplok perusahaan-perusahaan Web 2.0 (diantaranya membeli You Tube senilai US$ 1,5 miliar) dan tertarik dengan karya Mark. Menyingkirkan duet Larry Page dan Sergey Brin dari Google, rombongan Bill Gates merogoh koceknya sebesar US$ 240 juta untuk 1,6% saham Facebook. Deal tersebut berarti menilai situs jejaring sosial ini seharga US$ 15 miliar, angka yang sempat memancing kontroversi untuk laman seumur jagung. Saat itu, anggota aktif Facebook baru mencapai 57 juta, melonjak dari 24 juta di bulan Mei 2007. Setahun berikut Forbes mencatat Mark sebagai orang terkaya termuda (US$ 1,5 miliar) yang didapat dengat keringatnya sendiri, bukan warisan seperti keturunan raja, ratu atau sultan.

Pembelian “seuprit” saham oleh Microsoft adalah perjalanan tersendiri buat Mark. Pasca kucuran uang Thiel pada Juni 2004 untuk modal kerja, setahun kemudian menyusul masuk investor lain yakni Accel Partners dengan nilai investasi US$ 12,7 juta, dan US$ 27,5 juta dari Greylock Partner.

Setelah MySpace jatuh ke pelukan News Corp milik raja media, Rupert Murdoch pada 19 Juli 2005 dengan nilai akuisisi US$ 580 juta, Facebook jadi sorotan. Isu yang berkembang adalah tentang kemungkinan dijualnya Facebook ke perusahaan-perusahaan besar. Mark menepis isu ini berkali-kali dengan menyatakan bahwa dirinya ingin tetap independen. 28 Maret 2006, BusinessWeek melaporkan adanya upaya akuisisi terhadap Facebook yang kemudian dibantah Mark selaku CEO Facebook Inc. Tawaran US$ 750 juta (disebut-sebut dari Viacom) yang kemudian meningkat menjadi US$ 2 miliar ditolaknya.

September 2006, “serangan” itu berlanjut. Giliran Jerry Yang dan sekondan-sekondannya di Yahoo! menawar Facebook senilai US$ 1 miliar. Tawaran ini kembali ditolak di tengah munculnya kehebohan karena data proyeksi keuangan yang dibuat tim Yahoo! bocor ke media. Dokumen itu menyatakan bahwa Yahoo! memprediksi Facebook akan mampu menghasilkan uang sebesar US$ 969 juta di tahun 2010.

Thiel yang menjadi anggota direksi Facebook, membuat valuasi internal dan menyatakan nilai perusahaannya sekitar US$ 8 miliar. Thiel sendiri jelas senang hati karena kucurannya yang US$ 500 ribu pada tahun 2004 nilainya telah melonjak berlipat-lipat. Dan akhirnya memang benar berlipat-lipat setelah Microsoft masuk, yang kemudian disusul taipan Hong Kong, Li Ka-shing pada November 2007 dengan investasi US$ 60 juta.

Melonjaknya popularitas Facebook tak lepas dari strategi Mark untuk menambah layanan di situsnya. September 2005, setelah berkutat di kalangan mahasiswa, layanan untuk membuat serta mencari jejaring sekolah menengah dibuat. Setelah itu, masuk ke lingkup korporasi. Dan akhirnya terbuka untuk setiap orang di atas usia 13 tahun pada 26 September 2006 dengan hanya memvalidasi alamat email.

Berlombanya investor untuk mencaplok Facebook Inc. yang kini berawak 700 karyawan itu bisa dipahami. Popularitas Facebook, perlahan tapi pasti menggusur para pendahulunya, seperti MySpace dan Friendster. Mengacu ke ComScore, Facebook adalah situs jejaring sosial nomor wahid sejak Juni 2008. Laman ini membetot 132,1 juta unique visitors sementara MySpace hanya 117,6 juta. Dalam urusan user, MySpace memang masih unggul terlebih untuk wilayah AS yang kini memiliki 73 juta user, sementara Facebook hanya 36 juta. Tapi, di belahan dunia lain khususnya negara-negara berbahasa Inggris, buah karya Mark berjaya dan dalam waktu tak lama lagi, akan menyapu MySpace di tanah AS.

Indikasi ke arah itu dalam catatan TechCrunch (22 Januari 2009) sangat meyakinkan. Pada November 2008, Facebook membetot 200 juta unique visitors dari seluruh dunia. Itu artinya: sedikitnya 1 dari 5 orang di muka bumi yang mengakses Internet mengunjungi situs ini. Pada Desember 2008, jumlahnya meroket jadi 222 juta.

TechCruch juga mencatat bahwa dalam urusan page view situasinya lebih dramatis lagi. Facebook punya 80 miliar page view setiap bulannya di posisi Desember 2008, sementara MySpace hanya 43 miliar. Padahal pada Juni 2008, kedua situs ini berada pada posisi yang relatif sama. Alhasil, catatan akhir TechCrunch singkat saja: “Facebook is the world’s default social network.” MySpace memang masih jadi raja di AS. Namun tren menunjukkan 2009 adalah tahun terakhir ia bertahta. Awal Januari 2010, Facebook akan menyapu seluruh dunia, tak terkecuali AS.

Facebook juga piawai dibanding MySpace dalam urusan model bisnis. Situs yang gratis bagi para penggunanya ini meraup uang dari iklan, termasuk banner ads. Di tahun 2008, diperkirakan pendapatan yang dikantungi Facebook mencapai US$ 300 juta dan akan terus melonjak dalam beberapa tahun mendatang. Apalagi Mark sudah menarik Sheryl Sandberg, mantan eksekutif Google untuk menjadi COO Facebook Inc. Sementara itu, MySpace yang hanya disesaki 300 karyawan, sejauh ini tak mengungkapkan berapa penghasilannya.

Para pemrogram komputer sering membandingkan Mark dan Facebook-nya dengan Bill Gates dan Microsoft. Mereka dinilai sama-sama cerdik. Khusus Mark, pria ini dinilai pandai menggunakan the power of social networks. Tak seperti MySpace yang cukup pelit dalam urusan revenue sharing, Mark tahu bagaimana menyenangkan pihak ketiga. Mark tak hanya memberikan ruang bagi para pengembang di Facebook – baik di halaman user maupun halaman aplikasi –, tapi juga mengijinkan mereka mencetak uang dari aplikasi yang mereka buat, mulai dari ad sales hingga pembelian langsung atas jasa dan merchandise. Contohnya, bila mengunduh layanan iLike (aplikasi untuk membeli musik), maka sang pengembang akan dapat 5% jika user membeli lagu dari iTunes atau Amazon. iLike termasuk aplikasi dalam Facebook yang terdepan dalam urusan menghimpun user.

Untuk merangsang para pengembang, Mark juga membuat diferensiasi dibanding kompetitornya dengan cara memberikan data-data penting menyangkut penggunanya (user) mulai dari usia, minat, dan teman-temannya yang memunculkan peluang menciptakan aplikasi yang tepat buat mereka semua. Mark juga men-set-up proses persetujuan yang cepat yang memungkinkan para pemrogram memasukkan aplikasinya dalam Facebook sesegera mungkin. Dengan cara inilah Mark menghantam MySpace.

Toh MySpace masih mendingan dibanding Friendster, sang pelopor jejaring sosial yang sering disingkat FS oleh penggunanya. Setelah menolak pinangan Google pada tahun 2003 senilai US$ 30 juta (tindakan yang kelak mengundang kritik), situs ini kian kalah pamor. Dibesut seorang pemrogram komputer, Jonathan Abrams pada tahun 2002 di Mountain View, Kalifornia AS, Friendster hanya memiliki 90 juta registered user dan 61 juta unique visitors. Kini, Friendster ditopang Kleiner Perkins Caufield & Byers, Benchmark Capital, DAG Ventures, IDG Ventures serta sejumlah investor individual. Posisinya di Web-0-sphere bisa terus terancam para pendatang baru seperti Flixster, Tagged, dan Twitter.

Laiknya bisnis yang tengah menjulang, sorotan ke Mark semakin kencang belakangan ini. Salah satu yang berkembang adalah apakah Facebook akan go-public. Dan, "If they go public, is he the right guy?" tanya Ross Levinsohn, bos News Corp., sang pemilik MySpace. Tapi Ross tergolong mereka yang cukup obyektif menilai. “He's done a remarkable job. For as long as [Facebook] continues on this path, he's the right guy."

Mark belum mau berspekulasi terlalu jauh tentang rencana IPO Facebook seperti yang diramaikan orang. Terlebih situasi pasar modal tengah lesu berat akibat Tsunami finansial yang digerakkan oleh krisis subprime mortgage. Yang pasti, salah satu prinsip hidup yang dibawanya ketika mengelola Facebook adalah: "I'm here to build something for the long term. Anything else is a distraction." Dia akan fokus mengembangkan situsnya. Dan salah satu perhatian terbesarnya adalah bagaimana caranya agar dalam 3 tahun ke depan dia bisa menciptakan model bisnis yang lebih kokoh ketimbang saat ini. Sekarang, Facebook bukan hanya laman untuk jejaring sosial, tapi platform teknologi yang memungkinkan orang membangun aplikasi bagi apa yang disebut sebagai social computing. Entah bagaimana model bisnis Facebook dalam 3 tahun mendatang.

Untuk sementara, Mark yang diundang di pertemuan Davos, Januari 2009 tengah menikmati betapa Facebook tengah mulai menapak sebagai pesaing Google dan titan teknologi lain sebagai destinasi bagi talenta-talenta terbaik di Lembah Silikon. Dia tengah menikmati betapa laman yang dibangunnya telah menjadi Internet-darling.

0 comments: