Come on

Follow me @teguhspambudi

Saturday, October 31, 2009

Pertaruhan Si Raja Ponsel

Gerogotan pesaing di segmen smartphone membuatnya panas dingin. Sejumlah inisiatif diluncurkan. Dan pertaruhan pun dimulai.

Teguh S. Pambudi

Sudah setahun terakhir ini kabut seakan menggayuti Nokia. Memang, raksasa dari Finlandia ini masih nomor wahid di pasar telepon seluler lantaran menguasai 40% pangsa pasar dengan jumlah pengguna mencapai 1,1 miliar di 150 negara. Tahun lalu, 472 juta ponsel sukses dijualnya dengan nilai penjualan US$ 70 miliar, dan menghasilkan laba US$ 7 miliar. Tingkat produktivitasnya pun masih luar biasa. Tahu berapa ponsel yang dibuatnya setiap detik? “Kami membuat 13 ponsel setiap detiknya. Jadi bisa dibayangkan berapa ponsel yang kami buat ketika Anda makan malam,” ujar Tero Ojanperä, EVP Entertainment and Communities Nokia.

Ojanperä tak berseloroh. Nokia memang gigantik. Akan tetapi, sudah setahun ini ia dirundung duka karena justru kehilangan pijakan di arena yang sangat bergengsi: smartphone. Untuk ponsel kelas ratusan ribu hingga 2 juta rupiah, pemain yang satu ini memang rajanya. Siapapun tak bisa membantah itu. Tapi untuk kelas smartphone yang biasanya Rp 5 juta ke atas, ia memble. Penghadangnya siapa lagi kalau bukan Apple dengan iPhone-nya, serta Research In Motion (RIM) dengan BlackBerry-nya. Bahkan HTC pun ikut-ikutan menggerogoti kue di segmen ini.

Apple adalah penantang paling serius. Sekalipun hanya menguasai 2% dari seluruh pasar telepon genggam, iPhone telah menggigit pangsa pasar Nokia di smartphone yang berkembang di negara-negara maju seperti AS dan di belahan Eropa. Tilik data berikut: tahun 2008, jumlah smartphone yang terjual di seluruh dunia mencapai 139 juta, naik 14% dibanding tahun 2007. Dari jumlah sebanyak itu, 61 juta meluncur ke Nokia sementara 11,4 juta milik Apple. Bila diprosentase, jagoan Finlandia itu menguasai 43,7% sementara Apple 8,2%. Namun, di tahun 2009, terlihat betapa digdayanya pemain dari Amerika Serikat itu. Kuartal pertama tahun ini, pangsa pasar Nokia merosot ke 41,2% sementara Apple naik jadi 10,8%. Dan mengacu catatan Gartner Group, kuartal kedua 2009, penjualan iPhone tumbuh 27%.

Melihat situasi yang berkembang, tak heran bila Generator Research, perusahaan konsultan dari Inggris bahkan memprediksi pangsa pasar Nokia di smartphones akan menjadi 20% saja pada tahun 2013. Ancaman yang boleh jadi bukan mengada-ngada karena selain laju iPhone, BlackBerry, serta HTC, pemain lama macam Palm pun terus menggeliat lewat produknya yang paling gres, Palm Pre.

Para pesaing yang semakin kuat dari waktu ke waktu di segmen smartphone yang gurih benar-benar membuat raksasa Finlandia ini panas dingin. “Kami memang tak happy dengan situasi yang berkembang,” aku Anssi Vanjoki, EVP Nokia. “Tapi Anda harus hati-hati agar tak memfokuskan diri terlalu banyak di satu sisi,” lanjutnya. Maksudnya, mereka memang harus berupaya keras menahan semua prediksi mengerikan itu terjadi. Tapi, perhatian jangan cuma diarahkan ke segmen premium ini.

Untuk smartphone, Nokia mencoba bertindak dingin. Ia berusaha menandingi kehebatan Apple yang mampu menciptakan user experience yang superior. Serangkaian produk untuk menunjukkan ponselnya sebagus iPhone sudah diluncurkan, khususnya N-series dan E-series. N97, misalnya, sudah menampilkan diri sebagai laptop saku, dengan slide-out keyboard untuk mengetik atau kirim email, atau memasukkan data ke website. E71 juga produk bagus, dengan fitur smartphone yang diharapkan user: jaringan 3G dan Wi-Fi untuk data. Para pengembang independen pun kian banyak diundang untuk membuat aplikasi yang ciamik.

Toh di luar itu, Nokia sebenarnya benar-benar gusar dengan iPhone yang memang kini tengah jadi primadona – dibanding BlackBerry sekalipun. Pada 22 Oktober 2009, Nokia menggugat Apple atas tudingan pelanggaran paten pada perangkat iPhone. Raja ponsel ini menengarai iPhone yang diproduksi sejak 2007 telah menggunakan sepuluh patennya tanpa izin. Paten-paten tersebut berhubungan dengan dasar teknologi agar sebuah perangkat bisa bekerja dalam berbagai standar teknologi seperti GSM, UMTS, dan wireless LAN. Adapun paten-paten lainnya terkait transfer data nirkabel, speech coding, security, dan enkripsi data.

Urusan ini memang baru berkembang. Tapi, seperti kata Vanjoki, smartphone hanyalah satu sisi. Nokia tak mau perang bubat di sini. Mereka melihat pertempuran yang jauh lebih besar. Perusahaan ini meyakini bahwa area pertempuran yang sebenarnya adalah yan satu ini: bagaimana menciptakan peranti yang mobile, yang bisa memenuhi kebutuhan untuk online services, aplikasi dan hiburan.

Berpandangan demikian, Nokia berupaya mengerahkan kekuatannya. Pertama, tak seperti Apple atau RIM yang produknya tidak menjangkau semua kalangan, Nokia bermain di seluruh segmen, dari ratusan ribu hingga 7 juta rupiah. Kedua, perusahaan ini memiliki 10 laboratorium di dunia, yang bergerak berdasarkan filosofi inovasi terbuka dan bekerja sama dengan universitas ternama, diantaranya Berkeley, Stanford, MIT, dan Cambridge.

Smartphone memang gurih. Tapi Nokia tak cuma membidik AS. Mereka juga melihat Afrika dan Asia, khususnya di pedesaan merupakan pasar yang sangat luar biasa bila dapat dieksploitasi dengan maksimal. “Di AS, kami memang underdog,” ujar CEO Nokia, Olli-Pekka Kallasvuo, “tapi di dunia secara keseluruhan, kami adalah penguasa.” Karena itulah dia berupaya menghasilkan rangkaian produk yang bisa memberikan fitur yang dibutuhkan user. Mengandalkan kekuatan laboratoriumnya, salah satu produk yang sukses diluncurkan adalah Nokia Life Tools. Ini adalah aplikasi yang menyasar kalangan petani. Diuji coba di India, para petani cukup membayar US$ 1,30 perbulan untuk mendapatkan informasi tentang pertanian mulai dari info cuaca dan berita pertanian, hingga tip bercocok tanam. Kesuksesan di India ini rencananya akan dibawa ke sejumlah negara yang berbasis pertanian, termasuk Indonesia.

Uang US$ 1,30 per bulan memang tergolong kecil. Namun, seperti diungkap analis Gartner Group, Nick Jones, “India punya miliaran penduduk, yang kebanyakan tinggal di pedesaan. Jika Anda mendapat satu dolar sebulan dari 200 juta petani, itu adalah bisnis yang asyik.” Dan bisa dibayangkan bila program ini terduplikasi ke banyak negara berbasis pertanian.

Lantaran potensi yang oke punya itulah Nokia berupaya menggenjot laboratoriumnya untuk terus menghasilkan aplikasi serta produk yang semakin kaya. Henry Tirri, sang kepala riset Nokia yang mengurusi laboratorium R&D mengungkap sederet rencana, salah satunya menancapkan aplikasi semacam kompas yang menunjukkan arah kiblat. Raksasa Finlandia ini membidik pasar Muslim.

Inisiatif lainnya yang diumumkan 26 Agustus lalu adalah Nokia Money. Ini adalah aplikasi yang membuat para pengguna bisa mengakses jasa layanan perbankan. Tim riset Nokia menemukan fakta bahwa dari 4 miliar pemilik telepon seluler, hanya 1,6 miliar yang punya rekening bank. Nokia Money menyasar sisanya. Di Kenya, layanan ini menjadi proyek perdana dan mulai menampakkan hasil menggembirakan.

Nokia Money adalah bagian dari strategi mendapatkan pasar online services, khususnya mobile financial services yang dalam beberapa tahun mendatang akan semakin menjamur dengan nilai transaksi yang terus membesar: naik dari US$ 2,7 miliar di tahun 2007 menjadi US$ 37 miliar di tahun 2011, yang faktor pemicunya adalah semakin menggeliatnya aktivitas ekonomi di negara-negara berkembang. “Dengan menyajikan layanan dan konten yang dikustomisasi bahkan untuk pasar low-end, kami akan menjadi pendukung kehidupan," ujar Ojanperä penuh keyakinan.

Sebagai pendukung strategi memperkaya layanan buat segala segmen dan menangkap potensi besar khususnya di negara-negara berkembang Asia dan Afrika, Nokia meluncurkan Ovi Store pada Juni 2009. Ini semacam perpustakaan global. Isinya adalah aplikasi dari seluruh pengembang di dunia yang bisa diunduh para pengguna Nokia. Kini sedikitnya tersedia 65 ribu aplikasi di store.ovi.com.

Nokia Life Tools, Nokia Money dan Ovi Store adalah upaya Nokia memenangkan perang di medan pertempuran yang sesungguhnya: mobile devices yang bisa memenuhi kebutuhan untuk online services, aplikasi dan hiburan. Inisiatif lain yang kini mengundang perbincangan adalah masuknya sang raja ponsel ke pasar netbook dengan meluncurkan Booklet 3G. Pasar netbook?

Benar. Diumumkan pada 24 Agustus 2009, laptop mini yang memiliki kemampuan battery life 12 jam dan koneksi ke jaringan broadband mobile ini merupakan upaya jagoan Finlandia untuk turut mencicipi pasar laptop yang mobile. Dengan meluncurkan Booklet 3G, Nokia punya peluang untuk mengeksploitasi koneksi dengan operator telekom sekaligus meredefinisi pasar.

Menariknya, Booklet bukan semata jawaban untuk para pembuat PC seperti Acer dan Dell yang telah terlebih dahulu menggarap mobile market. Nokia meluncurkan produk yang menggunakan sistem operasi Windows dan chip Intel ini supaya tidak didahului Apple yang kabarnya juga akan meluncurkan netbook tablet sebelum akhir 2009. Jadi, ini semacam preemptive strike. “Ketika Apple mengumumkan versi pertama netbook-nya, Nokia dapat meluncurkan versi kedua,” analisis N. Venkat Venkatraman, guru besar Boston University yang intens mengamati industri teknologi.

Nokia dan Apple, dua perusahaan yang kini berseteru adalah korporasi yang dikagumi. Namun, banyak analis meragukan Nokia bisa bertempur dengan Apple di pasar netbook. Charlie Wolf, analis senior di Needham & Co. menunjukkan bukti bahwa Ovi Store tak sepopuler iTunes. “Nokia itu bukan perusahaan peranti lunak. Apple sebaliknya, ia adalah perusahaan software. Apa yang membedakan iPhone dan iPod touch adalah software mereka,” katanya.

John Hwang, mantan eksekutif Yahoo! adalah orang yang direkrut Nokia untuk membidani Booklet. Terhadap kritik tentang laptop mini ini, dia berujar santai, “Ini hanya permulaan, kok, bukan akhir.”

Masuk ke netbook memang pertaruhan sang raja ponsel sebagaimana halnya mereka meluncurkan Life Tool serta sederet inisiatif lainnya. Namun manajemen Nokia memang tengah berupaya membuat produk yang bukan hanya seksi, mudah digunakan, tapi juga terhubung ke online services. Untuk itu, jangan dulu memusatkan perhatian pada Booklet. Lho, mengapa?

Sebab, Nokia disebut-sebut akan meluncurkan sebuah produk antara smartphone dan netbook, kemungkinan bahkan sebelum akhir 2009. "Industri ponsel tengah dalam perubahan besar dalam 20 tahun perjalanannya, dan terbuka peluang untuk kami bentuk,” kata Kallasvuo penuh keyakinan.

Wow… Beginilah kalau sang raja terusik.