Come on

Follow me @teguhspambudi

Friday, August 25, 2017

MEDIA dan GLORIFIKASI

Januari 1939, majalah TIME menobatkan Hitler sebagai Man of The Year. Ini dikarenakan Hitler pada September 1938 mampu mengajak para pemimpin Eropa berkumpul untuk membicarakan Eropa baru. Hitler yang pernah dipenjara dianggap hebat.

Tak berapa lama setelah edisi itu terbit, PD II meletus. Hitler menjadi biang keroknya. Majalah The Economist pun mengolok-olok TIME.

Hitler menjadi Man of The Year versi TIME, 1939

April 2017, FORBES mencantumkan sejumlah sosok sebagai Wanita Inspiratif. Salah satunya adalah .... ehm... Aniesa Hasibuan.

Agustus 2017, kasus First Travel meledak. Kini, FORBES pun mencopot Aniesa Hasibuan sebagai wanita inspiratif.

Mencantumkan ketokohan seseorang memang sesuatu yang tak mudah. Begitu pun menobatkan sebuah korporasi. Ini pekerjaan yang kalau salah bisa mengglorifikasi sesuatu yang keliru. Dan media memang sangat potensial untuk berbuat salah. Karena itu rating atau survei bisa menjadi sarana untuk meminimalisasi tindakan glorifikasi.

Namun hal itu pun tak menjamin luput dari kesalahan. Sebab, sangat sulit untuk menjangkau hingga ke balik kulit atau permukaan yang tampak. Buktinya adalah Enron. Masih ingat? Penuh puja-puji, ternyata perusahaan ini dihuni para penjahat bermuka malaikat.


Tindakan FORBES mencopot Aniesa sangatlah tepat. Karena baru sekarang semua terungkap. Dulu pun majalah Fortune meminta maaf dan mengakui salah ketika memuja-muji Enron sebagai perusahaan hebat yang inovatif.

Media dan glorifikasi memang bisa identik. Tapi siapa yang tak pernah salah? Ini adalah pelajaran kesekian untuk berpikir saat akan menokohkan seseorang atau perusahaan: benarkah dia layak?