Keseimbangan antara rumah tangga serta karir menjadi
perhatiannya. Dan dia membuktikan bahwa peran sebagai ibu serta eksekutif
puncak bisa berjalan beriringan.
KEPERCAYAAN LARRY
Tak banyak orang, apalagi wanita yang bisa masuk lingkaran
dalam Larry Page yang disebut tim “L”. Namun itu tak berlaku buat Susan
Wojcicki. Dia adalah perempuan pilihan yang sangat dipercaya sang pendiri
Google tersebut.
Tentu ada alasan mengapa perempuan 47 tahun ini begitu
istimewa. Dan kita bisa paham bila mengetahui bagaimana perusahaan raksasa ini
pada awal berdirinya yang begitu sederhana.
Tahun 1998, saat merintis Google, Larry dan Sergey Brin
memulainya dari sebuah garasi di Menlo Park. Mereka membayar sewa sebesar US$
1.700 sebulan kepada sang pemilik. Dialah Susan yang tinggal bersama suaminya, Dennis
Troper. Saat itu perutnya tengah buncit, hamil 4 bulan anak yang kedua. Mereka
menyewakan garasi untuk menambah biaya membayar hipotek rumah.
Perempuan berambut sebahu ini mengenang masa-masa indah di
garasi itu. “Di larut malam, kami bersama-sama makan pizza. Larry dan Sergey
bercerita tentang teknologi mereka yang bisa mengubah dunia.” Ujung-ujungnya,
Susan diajak anak-anak Stanford itu untuk bergabung ke Google. Dan tak lama kemudian,
dia pun menjadi karyawan ke-16. Pekerjaan di Intel ditinggalkannya. Dia bekerja
di garasi rumahnya sendiri bersama anak-anak muda yang percaya teknologi mereka
sangat revolusioner. Posisi yang dipegangnya adalah manajer pemasaran yang
menjadikannya menjadi manajer pemasaran pertama Google. Belakangan, suaminya,
Dennis Troper juga bergabung menjadi Googler (karyawan Google).
Sejarah kemudian mencatat, pilihan itu tidak keliru. Sekarang,
siapa tak kenal Google, raksasa teknologi yang sangat perkasa. Dan Susan adalah
orang kepercayaan Larry serta Sergey dengan posisi mentereng, CEO YouTube.
Inilah garasi milik Susan yang menjadi awal kelahiran Google |
INISIATOR AKUISISI YOUTUBE
Bukan karena semata pertemanan serta sejarah yang membuatnya
menduduki kursi bergengsi tersebut. Banyak prestasi yang telah dicetak kelahiran
California ini. Perempuan inilah yang banyak terlibat dalam banyak proyek
strategis Google. Dia memimpin
produk iklan dan analytic termasuk AdWords dan AdSense yang kemudian
menjadi sumber pendapatan kedua terbesar bagi Google.
Salah satu prestasi terbesarnya adalah buah dari intuisi
bisnisnya. Tahun 2006, begitu melihat YouTube yang waktu itu masih start-up
kecil memiliki potensi sangat besar, dia segera mengusulkan direksi Google
untuk mencaploknya. Dan Susan yang waktu itu menjabat Senior VP Advertising & Commerce sukses memimpin
proses akuisisi senilai US$ 1,65 miliar ini. Setahun berikutnya, dia pun
dipercaya memimpin akuisisi DoubleClick (US$ 3,1 miliar) yang juga
diusulkannya.
Di Google, sangatlah krusial untuk mendapat kepercayaan dari
para pendiri. “Jika Anda tak punya itu, atau Anda kehilangan kepercayaan mereka
(Larry dan Sergey), akibatnya fatal. Tapi begitu Anda dipercaya, Larry akan
memanggilmu sekaligus memberikan rantai kepercayaan yang panjang. Orang-orang
seperti Susan, Salar Kamanger (eks CEO YouTube) dan Marissa Mayer (kemudian
jadi CEO Yahoo), mendapat rantai yang sangat panjang itu. Dan saya kira Susan
selalu bisa mempertahankannya,” ujar mantan eksekutif Google.
Lantaran performanya yang meyakinkan sebagai otak strategi
iklan Google, Susan disebut-sebut sebagai "the most important person in
advertising". Belakangan, pengakuan lebih bergengsi datang ketika dia masuk
100 orang berpengaruh majalah TIME tahun 2015.
Lagi, ini adalah buah dari kejeliannya sebagai pemasar. Dan memang
dia berbakat di area ini. Sebelum di Google, alumnus Harvard College ini
bekerja di bagian pemasaran Intel di Santa Clara, Califonia, setelah menjadi
konsultan manajemen Bain & Company serta R.B. Webber & Company. Di
Google, sejak awal dia ikut mendesain program viral marketing yang kelak
menjadi Google doodles pertama (logo-logo Google yang dimodifikasi sedemikian rupa yang
ditampilkan pada saat ada peringatan atau event tertentu pada setiap negara
yang men-support mereka).
Susan juga terlibat dalam Google Images dan Google Books.
Kecerdikaannya membangun pipa bisnis iklan bagi Google
sangat diakui. Dominasi search enginge Google juga mendapat sentuhannya.
Dialah yang bertanggung jawab untuk pemasaran layanan mesin pencari, dengan
nilai anggaran pemasaran yang minim. Bagaimana dia melakukan itu?
Dia mulai dengan kemitraan dengan universitas dan melibatkan
mereka, termasuk di Google search bar di website mereka. Dari
sinilah kemudian semua berjalan hebat.
Sederet prestasinya inilah yang akhirnya membuat dewan
direksi Google tak ragu untuk memindahkannya dari posisi penasehat untuk divisi
iklan dan perdagangan (berkontribusi 90% pendapatan Google) menjadi CEO YouTube
pada Februari 2014. Tugasnya adalah memastikan laba YouTube tidak tergerus para
pesaing.
Susan Wojcicki |
Ini adalah tugas yang tak mudah. YouTube, platform video online
terbesar di dunia, terus dihantam para pesaingnya. Ia mungkin kisah sukses
terbesar di panggung video online. Dengan pengunjung 1 miliar sebulan, nilainya
ditaksir US$ 20 miliar. Tahun 2014, pendapatannya mencapai US$ 4 miliar, naik
33% dari tahun 2013.
Namun ia kini bukan lagi pemain utama. Ruang yang dulu
didominasinya kini ditempati banyak pesaing yang lincah. Facebook punya 8
miliar views perhari. Snapcat mengklaim mengatungi US$ 100 juta.
Sementara itu, pemain-pemain baru seperti Vessel, Go90, Watchable, dan Vimeo, semuanya
makin lapar dengan konten. Yang membuat persaingan tambah memanas adalah YouTubers
sekarang tak selalu menjadi YouTubers sejati. Sekarang orang bisa memasang
konten video di Facebook, Twitter dan Snapchat.
Ini jelas tantangan berat buat Susan. Akan tetapi, publik
tak semata melihat kinerja bisnisnya. Mengapa?
MOM OF GOGGLE
Yang menarik perhatian publik adalah sosok Susan yang tak
berubah, baik sebagai ibu, wanita karir, maupun eksekutif puncak. Dia tetap
sosok yang lantang menyuarakan keseimbangan hidup antara peran sebagai ibu,
istri dan karyawan sebuah perusahaan. Opininya yang ditulis beberapa waktu lalu
di Wall Street Journal menegaskan hal tersebut. Dia kembali menegaskan tentang
pentingnya paid maternity leave. Dia meyakini bahwa
perusahaan-perusahaan AS bisa berkembang jika mendukung family benefit
yang kian diperluas seperti paid maternity leave. “Karena kaum Ibu punya
banyak waktu untuk membentuk ikatan dengan anaknya, dan begitu kembali ke
kantornya, mereka merasa percaya diri dan siap,” ungkapnya. Kebijakan ini, dia
melanjutkan, sangat terbukti di Google. Setelah kebijakan paid maternity
leave diberlakukan pada tahun 2007, tingkat kaum perempuan yang keluar dari
Google turun 50%. Ini menguntungkan perusahaan karena bisa menahan keahlian serta
pengalaman yang ada pada diri perempuan-perempuan yang melahirkan itu.
Jangan heran dan kaget bila suara keras semacam itu
terlontar darinya. Susan memang eksekutif papan atas yang menekankan pentingnya
keseimbangan antara keluarga serta karir. Dan itu telah tercermin sejak lama. Bahkan
dari hal yang tampak sepele. Apa itu?
Tugas pertama yang ditugaskan Larry adalah mencari kantor
buat Google begitu mereka memutuskan akan keluar dari garasi. Dan Susan menemukan
tempat di Mountain View dengan satu alasan kunci: ada dapurnya!
Bagi orang lain, itu mungkin sepele. Namun buatnya, ini hal
penting. Dan kelak, buat Google, ini adalah bibit untuk lahirnya sebuah
perusahaan yang ramah terhadap pekerjanya, terutama kaum ibu. Ya, Google adalah
tempat kerja yang ramah untuk working parents. Di sini, kaum ibu punya
tempat parkir khusus, punya hak 18 bulan paid parental leave, lalu ruang
menyusui, juga ruang laundry. Tak heran, berkali-kali Google mendapat
apresiasi sebagai tempat bekerja yang paling nyaman.
Susan berempati besar pada perempuan hamil. Maklum, seperti
disinggung di atas, saat masuk Google, dia sedang hamil 4 bulan. Dan karena dia
bisa membuktikan bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tak menghambat
karirnya, dia pun sangat aktif mendorong work life balance. Dia
sepenuhnya percaya bahwa punya anak membuatnya justru lebih baik dalam
pekerjaannya. Sebaliknya, pekerjaannya membuat dirinya jadi ibu yang lebih
baik. “Menjadi ibu dan wanita karir membuat saya mendapatkan perspektif
penting, baik sebagai ibu maupun di tempat kerja,” katanya.
Ucapan ini jelas bukan isapan jempol. Banyak orang berasumsi
istri Dennis Troper ini akan keluar dari karir begitu melahirkan anak kedua.
Nyatanya dia meniti karir hingga puncak. Bahkan, satu demi satu anaknya lahir
hingga berjumlah 5 orang!
“Saya bergabung Google ketika hamil anak kedua. Jadi, anakku
sudah terasosiasi dengan Google. Kemudian saya bekerja dengan tim menciptakan
AdSense setelah cuti melahirkan. Anakku yang ketiga berasosiasi dengan YouTube.
Sementara yang keempat dengan DoubleClick,” katanya. Tak heran, dia sering
menyebut dirinya “Mom of Google”. Oh ya, karena bergabung saat hamil, dialah
karyawan Google pertama yang punya anak. Dan setelah itu, dia mendesain in-house
daycare center sebagai dedikasi buat kaum ibu bekerja.
Sebagai CEO wanita di industri teknologi yang didominasi
kaum Adam, tak ayal, kesuksesan karir sebaga ibu dan perempuan bekerja telah
membuatnya menjadi figur yang unik. Ibu 5 orang anak ini adalah orang yang mematahkan
anggapan bahwa seorang perempuan tak bisa menyeimbangkan aspek parenthood
dan menjadi eksekutif puncak.
Susan bersama suami |
KESEIMBANGAN PERAN
Tentu saja ini menuntut kedisplinan tingkat tinggi. Di
tengah kesibukannya, Susan tetap menyediakan waktu untuk keluarga. Saat jam 06.00-09.00
pagi, dedikasinya dicurahkan untuk keluarga. Dan dia berusaha berada di rumah antara
18.00-21.00. Fokus menjadi kuncinya.
Tapi Susan jelas bukan malaikat. Awalnya tidaklah mudah
untuk menerapkan itu. Dia mengakui mengecek email setelah kelima anaknya tidur,
atau mengetik SMS dengan anak-anaknya saat di tempat kerja. Karena itu hal yang
sulit, akhirnya dia memutuskan akan lebih baik untuk tetap memisahkah kehidupan
pekerjaan dan rumah. “Di pagi hari, saya fokus menyiapkan anak pergi sekolah.
Ini adalah proyek besar. Tapi begitu mereka pergi, saya pun berangkat kerja.
Dan begitu saya di tempat kerja, saya fokus dengan pekerjaan,” katanya.
Bertahun-tahun menjalani kehidupan seperti itu, akhirnya Susan
sepenuhnya percaya kehidupan di rumah yang baik sangat penting bagi kesuksesan
di tempat kerja. Karena itulah dia pun ingin semua orang tua bisa mengurus
anaknya seraya tetap bersinar di tempat kerja. “Saya sangat terbuka dengan tim
tentang jam kerja saya sehingga mereka bisa melakukan hal yang sama, merasa oke
untuk pulang ke rumah dan menikmati makan malam bersama keluarganya,” katanya.
Yang pasti, “Menjadi ibu memberikan perasaan yang mendalam
tentang tujuan hidup, lebih banyak rasa sayang, dan kemampuan yang lebih baik
untuk memprioritaskan dan mewujudkan sesuatu secara lebih efisien.”
“Kalau Susan ngomong (tentang karir dan keluarga),
orang akan mendengarkan,” komentar Jennifer Owens, editorial director
majalah Working Mother. Jennifer juga menceritakan bahwa kehadiran Susan
di dunia teknologi menjadikannya contoh yang baik. “Karena dia menggunakan
mantel seorang ibu bekerja yang bangga pada dirinya, sehingga kaum perempuan
bisa melihat peluang mereka untuk maju,” ujarnya.
Kini lewat 2 tahun memimpin YouTube, sikapnya di Google yang
menekankan keseimbangan peran sebagai orang tua dan karyawan, tak berbeda. “Di
YouTube, ada peluang buat saya untuk menolong wanita lain,” katanya.
Seperti disinggung sebelumnya, tantangan berat kini dihadapi
YouTube. Selama tahun 2015, orang menyebut masa-masa yang sibuk di YouTube. Sejauh
ini, sebagai leader, Susan sudah berupaya meluncurkan sejumlah strategi
agar situs ini tetap berkibar. Diantaranya, mengelola artis YouTube dan fans
dalam komunitas YouTube. Dia juga mendorong agar para kreator membuat konten
3-D buat YouTube. Pendek kata, segala hal kreatif diluncurkan agar YouTube
tetap menjadi market leader.
Hasilnya, orang-orang di dunia memang masih lebih banyak menonton
video online di YouTube ketimbang situs lain. Akan tetapi, kenyataan ini tetap
mengundang skeptisisme. “Munculnya video di beragam platform membuat kita tak
tahu apa yang akan terjadi kemudian,” ungkap Brad Hunstable, CEO Ustream
memberi catatan. Itu artinya, tantangan berat sungguh menghadang YouTube.
Menariknya, di tengah tantangan berat ini, Susan tetaplah
eksekutif yang ingin keseimbangan. Di YouTube, dia juga aktif mendorong timnya
untuk menyeimbangkan antara rumah tangga dan karir. Bagaimanapun kerasnya
tantangan yang tengah dihadapi YouTube, dia tetap ingin karyawannya, terutama
kaum ibu, agar bisa mengurus anak dan suami dengan baik. Pulang lebih cepat
agar bisa makan malam dengan keluarga, bukanlah barang mewah di YouTube. Kuncinya,
adalah menjalankan motto berikut: work smart, get things done, no-nonse, and
move fast.
Sikap ini yang hingga sekarang mengundang pujian orang. Kepeduliannya
pada kaumnya inilah yang membuatnya tampak kian hebat. ***
2 comments:
Excellent point of view, google workspace has become more than iconic in the world.. hope every leaders understand what made this enormous productivity...
Thanks Mas
Post a Comment