Come on

Follow me @teguhspambudi

Sunday, April 10, 2016

Perempuan Hebat di Balik YouTube

Share this history on :
Keseimbangan antara rumah tangga serta karir menjadi perhatiannya. Dan dia membuktikan bahwa peran sebagai ibu serta eksekutif puncak bisa berjalan beriringan.

KEPERCAYAAN LARRY 

Tak banyak orang, apalagi wanita yang bisa masuk lingkaran dalam Larry Page yang disebut tim “L”. Namun itu tak berlaku buat Susan Wojcicki. Dia adalah perempuan pilihan yang sangat dipercaya sang pendiri Google tersebut.

Tentu ada alasan mengapa perempuan 47 tahun ini begitu istimewa. Dan kita bisa paham bila mengetahui bagaimana perusahaan raksasa ini pada awal berdirinya yang begitu sederhana.

Tahun 1998, saat merintis Google, Larry dan Sergey Brin memulainya dari sebuah garasi di Menlo Park. Mereka membayar sewa sebesar US$ 1.700 sebulan kepada sang pemilik. Dialah Susan yang tinggal bersama suaminya, Dennis Troper. Saat itu perutnya tengah buncit, hamil 4 bulan anak yang kedua. Mereka menyewakan garasi untuk menambah biaya membayar hipotek rumah.

Perempuan berambut sebahu ini mengenang masa-masa indah di garasi itu. “Di larut malam, kami bersama-sama makan pizza. Larry dan Sergey bercerita tentang teknologi mereka yang bisa mengubah dunia.” Ujung-ujungnya, Susan diajak anak-anak Stanford itu untuk bergabung ke Google. Dan tak lama kemudian, dia pun menjadi karyawan ke-16. Pekerjaan di Intel ditinggalkannya. Dia bekerja di garasi rumahnya sendiri bersama anak-anak muda yang percaya teknologi mereka sangat revolusioner. Posisi yang dipegangnya adalah manajer pemasaran yang menjadikannya menjadi manajer pemasaran pertama Google. Belakangan, suaminya, Dennis Troper juga bergabung menjadi Googler (karyawan Google).

Sejarah kemudian mencatat, pilihan itu tidak keliru. Sekarang, siapa tak kenal Google, raksasa teknologi yang sangat perkasa. Dan Susan adalah orang kepercayaan Larry serta Sergey dengan posisi mentereng, CEO YouTube.


Inilah garasi milik Susan yang menjadi awal kelahiran Google

INISIATOR AKUISISI YOUTUBE

Bukan karena semata pertemanan serta sejarah yang membuatnya menduduki kursi bergengsi tersebut. Banyak prestasi yang telah dicetak kelahiran California ini. Perempuan inilah yang banyak terlibat dalam banyak proyek strategis Google. Dia memimpin produk iklan dan analytic termasuk AdWords dan AdSense yang kemudian menjadi sumber pendapatan kedua terbesar bagi Google.

Salah satu prestasi terbesarnya adalah buah dari intuisi bisnisnya. Tahun 2006, begitu melihat YouTube yang waktu itu masih start-up kecil memiliki potensi sangat besar, dia segera mengusulkan direksi Google untuk mencaploknya. Dan Susan yang waktu itu menjabat Senior VP Advertising & Commerce sukses memimpin proses akuisisi senilai US$ 1,65 miliar ini. Setahun berikutnya, dia pun dipercaya memimpin akuisisi DoubleClick (US$ 3,1 miliar) yang juga diusulkannya.

Di Google, sangatlah krusial untuk mendapat kepercayaan dari para pendiri. “Jika Anda tak punya itu, atau Anda kehilangan kepercayaan mereka (Larry dan Sergey), akibatnya fatal. Tapi begitu Anda dipercaya, Larry akan memanggilmu sekaligus memberikan rantai kepercayaan yang panjang. Orang-orang seperti Susan, Salar Kamanger (eks CEO YouTube) dan Marissa Mayer (kemudian jadi CEO Yahoo), mendapat rantai yang sangat panjang itu. Dan saya kira Susan selalu bisa mempertahankannya,” ujar mantan eksekutif Google.

Lantaran performanya yang meyakinkan sebagai otak strategi iklan Google, Susan disebut-sebut sebagai "the most important person in advertising". Belakangan, pengakuan lebih bergengsi datang ketika dia masuk 100 orang berpengaruh majalah TIME tahun 2015.

Lagi, ini adalah buah dari kejeliannya sebagai pemasar. Dan memang dia berbakat di area ini. Sebelum di Google, alumnus Harvard College ini bekerja di bagian pemasaran Intel di Santa Clara, Califonia, setelah menjadi konsultan manajemen Bain & Company serta R.B. Webber & Company. Di Google, sejak awal dia ikut mendesain program viral marketing yang kelak menjadi Google doodles pertama (logo-logo Google yang dimodifikasi sedemikian rupa yang ditampilkan pada saat ada peringatan atau event tertentu pada setiap negara yang men-support mereka). Susan juga terlibat dalam Google Images dan Google Books.

Kecerdikaannya membangun pipa bisnis iklan bagi Google sangat diakui. Dominasi search enginge Google juga mendapat sentuhannya. Dialah yang bertanggung jawab untuk pemasaran layanan mesin pencari, dengan nilai anggaran pemasaran yang minim. Bagaimana dia melakukan itu?

Dia mulai dengan kemitraan dengan universitas dan melibatkan mereka, termasuk di Google search bar di website mereka. Dari sinilah kemudian semua berjalan hebat.

Sederet prestasinya inilah yang akhirnya membuat dewan direksi Google tak ragu untuk memindahkannya dari posisi penasehat untuk divisi iklan dan perdagangan (berkontribusi 90% pendapatan Google) menjadi CEO YouTube pada Februari 2014. Tugasnya adalah memastikan laba YouTube tidak tergerus para pesaing.

Susan Wojcicki

Ini adalah tugas yang tak mudah. YouTube, platform video online terbesar di dunia, terus dihantam para pesaingnya. Ia mungkin kisah sukses terbesar di panggung video online. Dengan pengunjung 1 miliar sebulan, nilainya ditaksir US$ 20 miliar. Tahun 2014, pendapatannya mencapai US$ 4 miliar, naik 33% dari tahun 2013.

Namun ia kini bukan lagi pemain utama. Ruang yang dulu didominasinya kini ditempati banyak pesaing yang lincah. Facebook punya 8 miliar views perhari. Snapcat mengklaim mengatungi US$ 100 juta. Sementara itu, pemain-pemain baru seperti Vessel, Go90, Watchable, dan Vimeo, semuanya makin lapar dengan konten. Yang membuat persaingan tambah memanas adalah YouTubers sekarang tak selalu menjadi YouTubers sejati. Sekarang orang bisa memasang konten video di Facebook, Twitter dan Snapchat.

Ini jelas tantangan berat buat Susan. Akan tetapi, publik tak semata melihat kinerja bisnisnya. Mengapa?


MOM OF GOGGLE

Yang menarik perhatian publik adalah sosok Susan yang tak berubah, baik sebagai ibu, wanita karir, maupun eksekutif puncak. Dia tetap sosok yang lantang menyuarakan keseimbangan hidup antara peran sebagai ibu, istri dan karyawan sebuah perusahaan. Opininya yang ditulis beberapa waktu lalu di Wall Street Journal menegaskan hal tersebut. Dia kembali menegaskan tentang pentingnya paid maternity leave. Dia meyakini bahwa perusahaan-perusahaan AS bisa berkembang jika mendukung family benefit yang kian diperluas seperti paid maternity leave. “Karena kaum Ibu punya banyak waktu untuk membentuk ikatan dengan anaknya, dan begitu kembali ke kantornya, mereka merasa percaya diri dan siap,” ungkapnya. Kebijakan ini, dia melanjutkan, sangat terbukti di Google. Setelah kebijakan paid maternity leave diberlakukan pada tahun 2007, tingkat kaum perempuan yang keluar dari Google turun 50%. Ini menguntungkan perusahaan karena bisa menahan keahlian serta pengalaman yang ada pada diri perempuan-perempuan yang melahirkan itu.

Jangan heran dan kaget bila suara keras semacam itu terlontar darinya. Susan memang eksekutif papan atas yang menekankan pentingnya keseimbangan antara keluarga serta karir. Dan itu telah tercermin sejak lama. Bahkan dari hal yang tampak sepele. Apa itu?

Tugas pertama yang ditugaskan Larry adalah mencari kantor buat Google begitu mereka memutuskan akan keluar dari garasi. Dan Susan menemukan tempat di Mountain View dengan satu alasan kunci: ada dapurnya!

Bagi orang lain, itu mungkin sepele. Namun buatnya, ini hal penting. Dan kelak, buat Google, ini adalah bibit untuk lahirnya sebuah perusahaan yang ramah terhadap pekerjanya, terutama kaum ibu. Ya, Google adalah tempat kerja yang ramah untuk working parents. Di sini, kaum ibu punya tempat parkir khusus, punya hak 18 bulan paid parental leave, lalu ruang menyusui, juga ruang laundry. Tak heran, berkali-kali Google mendapat apresiasi sebagai tempat bekerja yang paling nyaman.

Susan berempati besar pada perempuan hamil. Maklum, seperti disinggung di atas, saat masuk Google, dia sedang hamil 4 bulan. Dan karena dia bisa membuktikan bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga tak menghambat karirnya, dia pun sangat aktif mendorong work life balance. Dia sepenuhnya percaya bahwa punya anak membuatnya justru lebih baik dalam pekerjaannya. Sebaliknya, pekerjaannya membuat dirinya jadi ibu yang lebih baik. “Menjadi ibu dan wanita karir membuat saya mendapatkan perspektif penting, baik sebagai ibu maupun di tempat kerja,” katanya.

Ucapan ini jelas bukan isapan jempol. Banyak orang berasumsi istri Dennis Troper ini akan keluar dari karir begitu melahirkan anak kedua. Nyatanya dia meniti karir hingga puncak. Bahkan, satu demi satu anaknya lahir hingga berjumlah 5 orang!

“Saya bergabung Google ketika hamil anak kedua. Jadi, anakku sudah terasosiasi dengan Google. Kemudian saya bekerja dengan tim menciptakan AdSense setelah cuti melahirkan. Anakku yang ketiga berasosiasi dengan YouTube. Sementara yang keempat dengan DoubleClick,” katanya. Tak heran, dia sering menyebut dirinya “Mom of Google”. Oh ya, karena bergabung saat hamil, dialah karyawan Google pertama yang punya anak. Dan setelah itu, dia mendesain in-house daycare center sebagai dedikasi buat kaum ibu bekerja.

Sebagai CEO wanita di industri teknologi yang didominasi kaum Adam, tak ayal, kesuksesan karir sebaga ibu dan perempuan bekerja telah membuatnya menjadi figur yang unik. Ibu 5 orang anak ini adalah orang yang mematahkan anggapan bahwa seorang perempuan tak bisa menyeimbangkan aspek parenthood dan menjadi eksekutif puncak.

Susan bersama suami


KESEIMBANGAN PERAN

Tentu saja ini menuntut kedisplinan tingkat tinggi. Di tengah kesibukannya, Susan tetap menyediakan waktu untuk keluarga. Saat jam 06.00-09.00 pagi, dedikasinya dicurahkan untuk keluarga. Dan dia berusaha berada di rumah antara 18.00-21.00. Fokus menjadi kuncinya.

Tapi Susan jelas bukan malaikat. Awalnya tidaklah mudah untuk menerapkan itu. Dia mengakui mengecek email setelah kelima anaknya tidur, atau mengetik SMS dengan anak-anaknya saat di tempat kerja. Karena itu hal yang sulit, akhirnya dia memutuskan akan lebih baik untuk tetap memisahkah kehidupan pekerjaan dan rumah. “Di pagi hari, saya fokus menyiapkan anak pergi sekolah. Ini adalah proyek besar. Tapi begitu mereka pergi, saya pun berangkat kerja. Dan begitu saya di tempat kerja, saya fokus dengan pekerjaan,” katanya.

Bertahun-tahun menjalani kehidupan seperti itu, akhirnya Susan sepenuhnya percaya kehidupan di rumah yang baik sangat penting bagi kesuksesan di tempat kerja. Karena itulah dia pun ingin semua orang tua bisa mengurus anaknya seraya tetap bersinar di tempat kerja. “Saya sangat terbuka dengan tim tentang jam kerja saya sehingga mereka bisa melakukan hal yang sama, merasa oke untuk pulang ke rumah dan menikmati makan malam bersama keluarganya,” katanya.

Yang pasti, “Menjadi ibu memberikan perasaan yang mendalam tentang tujuan hidup, lebih banyak rasa sayang, dan kemampuan yang lebih baik untuk memprioritaskan dan mewujudkan sesuatu secara lebih efisien.”

“Kalau Susan ngomong (tentang karir dan keluarga), orang akan mendengarkan,” komentar Jennifer Owens, editorial director majalah Working Mother. Jennifer juga menceritakan bahwa kehadiran Susan di dunia teknologi menjadikannya contoh yang baik. “Karena dia menggunakan mantel seorang ibu bekerja yang bangga pada dirinya, sehingga kaum perempuan bisa melihat peluang mereka untuk maju,” ujarnya.

Kini lewat 2 tahun memimpin YouTube, sikapnya di Google yang menekankan keseimbangan peran sebagai orang tua dan karyawan, tak berbeda. “Di YouTube, ada peluang buat saya untuk menolong wanita lain,” katanya.

Seperti disinggung sebelumnya, tantangan berat kini dihadapi YouTube. Selama tahun 2015, orang menyebut masa-masa yang sibuk di YouTube. Sejauh ini, sebagai leader, Susan sudah berupaya meluncurkan sejumlah strategi agar situs ini tetap berkibar. Diantaranya, mengelola artis YouTube dan fans dalam komunitas YouTube. Dia juga mendorong agar para kreator membuat konten 3-D buat YouTube. Pendek kata, segala hal kreatif diluncurkan agar YouTube tetap menjadi market leader.

Hasilnya, orang-orang di dunia memang masih lebih banyak menonton video online di YouTube ketimbang situs lain. Akan tetapi, kenyataan ini tetap mengundang skeptisisme. “Munculnya video di beragam platform membuat kita tak tahu apa yang akan terjadi kemudian,” ungkap Brad Hunstable, CEO Ustream memberi catatan. Itu artinya, tantangan berat sungguh menghadang YouTube.

Menariknya, di tengah tantangan berat ini, Susan tetaplah eksekutif yang ingin keseimbangan. Di YouTube, dia juga aktif mendorong timnya untuk menyeimbangkan antara rumah tangga dan karir. Bagaimanapun kerasnya tantangan yang tengah dihadapi YouTube, dia tetap ingin karyawannya, terutama kaum ibu, agar bisa mengurus anak dan suami dengan baik. Pulang lebih cepat agar bisa makan malam dengan keluarga, bukanlah barang mewah di YouTube. Kuncinya, adalah menjalankan motto berikut: work smart, get things done, no-nonse, and move fast.

Sikap ini yang hingga sekarang mengundang pujian orang. Kepeduliannya pada kaumnya inilah yang membuatnya tampak kian hebat. ***

2 comments:

Unknown said...

Excellent point of view, google workspace has become more than iconic in the world.. hope every leaders understand what made this enormous productivity...

Teguh SP said...

Thanks Mas