Come on

Follow me @teguhspambudi

Monday, June 17, 2013

Lap Terakhir “Buaya Sungai Yangtze”

Share this history on :
Di tengah kejayaannya, dia justru mengambil langkah mundur. Tongkat estafet pun diserahkan dengan alasan anak mudah lebih tahu bisnis terkini.

SEBUAH MEMO
15 Januari 2013. Sepucuk memo membuka konfirmasi atas yang selama ini menjadi isu. “Fellow Aliren, internet adalah milik anak muda. Pada usia 48 tahun, saya tidak lagi ‘muda’ untuk melakoni bisnis internet.” Tulisan itu dibuat Jack Ma, pendiri dan bos Alibaba Group. “Aliren” adalah panggilannya untuk para karyawan. Dengan memo ini, Ma pun pamit mundur sebagai CEO. Dia menyerahkan tongkat estafet pada penggantinya, Jonathan Lu untuk melanjutkan pekerjaan yang telah dirintisnya, di sebuah perusahaan raksasa yang mengagumkan.

Ya, Alibaba Group kini memang luar biasa. Kelompok usaha ini menjadi kekuatan e-commerce bukan hanya di China, tapi juga di dunia. Kuartal IV/2012, laba bersihnya melonjak 170% mencapai US$ 642 juta, menjadikannya perusahaan internet paling menguntungkan di China. Pesaingnya, Tencent mencetak US$ 550 juta, sementara Baidu US$ 448 juta. Alibaba kini bahkan tengah menuju perusahaan pertama yang akan mengelola transaksi online senilai US$ 1 triliun dalam satu tahun.

Selain Alibaba.com, senjata utama Alibaba untuk menuju ke arah itu adalah 3 situs andalannya. Pertama, Taobao. Ini adalah online marketplace mirip eBay yang menguasai 90% pasar China. Situs ini adalah salah satu dari 20 website yang paling banyak dikunjungi. Kedua, Tmall, mal online yang menguasai 51% segmen business-to-consumer (B2C) di China, mengacu pada studi iResearch, konsultan peneliti internet di Beijing. Tmall yang mirip Amazon ini menolong merek-merek global seperti Disney dan Levi’s menjangkan kelas menengah China. Tahun lalu, Tmall and Taobao mencetak prestasi istimewa: menjual produk senilai total US$ 175 miliar. Alibaba sendiri, pada satu hari di bulan November 2012, bahkan bisa menjual US$ 3 miliar. Adapun andalan yang terakhir adalah Alipay, layanan pembayaran elektronik.

Kehebatan Alibaba Group tak bisa dilepaskan dari tangan dingin Ma. Di negeri di mana para taipan kebanyakan adalah putra-putri politisi papan atas, Ma terhitung lain sendiri. Lelaki ini tergolong orang biasa. Dua kali gagal sekolah ke universitas, Ma belajar bahasa Inggris dari radio dan menjadi seorang guru. Internet dikenalnya selama bepergian ke Amerika sebagai penerjemah di pertengahan tahun 1990-an. Perjalanan itulah yang mengubah hidupnya, dan kelak, hidup banyak orang-orang sebangsanya.

Jalan ke arah itu dimulai dari hal yang sederhana. Satu waktu, setelah mengenal internet, Ma mencoba mengetikkan kata “Chinese beer” ke dalam sebuah search engine. Tak ada hasil. Maka dia pun melihat sebuah peluang. Di Hangzhou, Ma memulai Alibaba.com pada tahun 1999 untuk membantu perusahaan kecil menemukan pelanggan dan pemasok tanpa bantuan broker yang menuntut biaya banyak.

Hingga pertengahan 1990-an, pertumbuhan internet di China perlahan tapi pasti berjalan melesat. Namun, perkembangan itu relatif tidak dilaporkan media-media China yang memang penuh dengan sensor. Memulai Alibaba tidaklah mudah bagi Ma. Tapi dia tetap melihat peluang di mana-mana. China punya banyak pengusaha kecil yang perlu dihubungkan satu sama lain secara lebih efisien.

Aumsinya terbukti. Alibaba mendapat apresiasi hebat. Di tengah kehancuran dotkom di tanah Amerika, situs ini terus melaju. Bahkan bukan hanya masyarakat lokal yang menggunakannya. Seiring dengan kian terbukanya China dan berkembangnya ekonomi negeri itu, perusahaan-perusahaan global makin membutuhkannya. Para pembuat mesin di Turki atau Inggris, misalnya, menggunakannya untuk menemukan pemasok murah di China tanpa mesti pergi ke sana. Keunggulan Alibaba adalah pembeli dapat membaca review yang ditulis orang lain tentang setiap penjual, yang menghasilkan rasa percaya diantara para pengunjung. Besutan Ma ini kadang mirip eBay, tapi sebenarnya lebih mirip Yellow Pages online.

Sukses dengan rintisannya, Ma terus bergerak maju. Dia melengkapi amunisinya. Taobao dan Tmall lahir. Lalu, untuk mendorong trafik lewat situsnya, dibangunnya sistem pembayaran online, Alipay pada tahun 2004. Dan seperti situs pertama, semuanya bergerak melampaui ekspektasi awal sehingga Alibaba Group pun mendominasi nilai ritel online China yang terus membesar dari hari ke hari.


Jack Ma, tokoh di balik fenomenalnya Alibaba

Pertumbuhan Alibaba Group yang sangat cepat segera memantik perhatian. Mereka menantang pemain-pemain besar, terutama Amazon dan eBay. Toh sejak awal Ma sadar posisi. Menurutnya, Alibaba akan sukses dengan inovasi dan fokus untuk memenangkan keunggulan kompetitifnya di China dan tidak langsung terpancing berekspansi global. “eBay mungkin hiu di samudra luas,” kata Ma satu waktu, “tapi saya adalah buaya di sungai Yangtze. Jika kami bertempur di samudera, kami kalah, tapi kalau bertempur di sungai, kami yang menang.” Samudera luas adalah ibarat pasar global, sementara Yangtze menggambarkan China daratan dan sekitarnya.

Sejarah mencatat “Buaya Sungai Yangtze” ini benar-benar mengembangkan Alibaba Group dengan kecepatan yang luar biasa. Memang tantangan terus berdatangan, termasuk dari saudara lokal yang juga mengembangkan platform e-commerce, Dangdang Inc. dan Tencent Holding. Namun sebagai perintis, Alibaba berlari semakin di depan. Bahkan kelompok usaha ini bukan hanya menjadi online bazaar terbesar di muka bumi. Untuk China, mereka menempati posisi khusus.

“Orang sering bertanya apa perbedaan antara e-commerce di AS dan di China,” kata Ma dalam pertemuan dengan para investor yang digelar Credit Suisse di Hong Kong. “Di AS, e-commerce hanyalah hidangan penutup (desert), cuma pelengkap. Di China, e-commerce adalah hidangan utama (main course). Kami membangun infrastruktur China,” katanya.

Pernyataan itu benar adanya. Kiprah Alibaba Group lebih dari sekedar situs. Mereka mendorong produktivitas di sektor ritel dan logistik yang tidak efisien. Lebih dari perusahaan lain, Alibaba mendorong percepatan ekonomi yang biasanya tumbuh dengan model investment-heavy menjadi driven by consumption. Bahkan dengan layanan terbarunya, AliFinance, mereka membantu meliberalisasi keuangan China. Dalam waktu singkat. AliFinance sudah menjadi big microlender untuk perusahaan-perusahaan kecil. Ini membantu meliberalisasi keuangan China. Bank-bank pemerintah yang besar-besar di China, telah lama memandang sebelah mata kalangan kecil.

Alhasil, Ma membuat Alibaba duduk terhormat di jantung apa yang disebut pengamat sebagai “kapitalisme bambu” – sebuah kondisi di mana kapitalisme tumbuh di tengah dominasi partai dan negara. “Kalau Alibaba kolaps, sedikitnya 500 ribu UKM China akan bangkrut dan jutaan orang akan terkena dampak buruknya,” kata Ma.

Yang menarik, bukan semata magnitude yang ditimbulkan Alibaba. Kekuatan terbesar Alibaba sekarang adalah data pelanggannya. Situsnya mencatat lebih dari 60% lalu lintas paket barang yang dikirim di China. Alibaba lebih tahu dari pada siapapun tentang kebiasaan belanja dan kelayakan kredit kelas menengah China, plus data jutaan pedagang China. Kabarnya, Partai Komunis bahkan cemburu karena Alibaba memiliki data warga China.

SANG PENERUS
Toh, Ma adalah tipikal pengusaha yang tahu perihal “exit strategy”. Di tengah kebesaran Alibaba, dia mengambil langkah mundur. Tahun ini ibarat lap terakhir. Kehidupan begitu pendek. Saya tak ingin berusia 80 tahun dan tetap menjalankan perusahaan,” katanya. “Mundur sebagai CEO adalah keputusan sulit, terutama bagi saya yang menurut sebagian orang berada di puncak karir. Tapi saya kini berusia 48 tahun, tidak lagi ‘muda’ untuk bisnis internet.” Kata-kata yang kemudian ditegaskan dalam memonya pada 15 Januari 2013.

Jonathan Lu, Chief Data Officer Alibaba yang telah lebih dari satu dekade menjalanan peran eksekutif, ditunjuk Ma menjadi CEO dan menyiapkan diri membawa Alibaba meniti masa depan yang bukan hanya penuh harapan, tapi juga tantangan.

Ma telah mengungkap bahwa Alibaba Group akan melakukan IPO. Hingga kini tak dijelaskan kapan persisnya hal itu akan dilakukan. Namun penunjukkan Lu mengindikasikan bahwa Ma ingin perusahaan yang telah dibesutnya itu dipimpin oleh sosok yang memiliki pemahaman mendalam tentang bisnis e-commerce.

Lu (43 tahun) direkrut pada tahun 2000 untuk mengembangkan penjualan Alibaba di China Selatan. Dia telah memimpin pengembangan unit payment, Alipay, dan menjadi presiden unit tersebut. Pada tahun 2008, dia ditugaskan mengelola Taobao dan menjadi head-nya pada tahun 2010. Kedua unit ini sukses di tangannya dan menjadi kunci pertumbuhan Alibaba Group. Pada tahun 2011, Lu dipilih Ma untuk memimpin Alibaba setelah sempat terjadi masalah fraud. Berbeda dengan Ma yang piawai bahasa Inggris dan Mandari, Lu lebih nyaman bicara bahasa Mandarin.

Dengan peralihan posisi dari Ma ke Lu yang digelar pada Mei 2013, maka masa depan Alibaba kini di tangan generasi baru. Lu akan memimpin Alibaba melakukan IPO yang diprediksi kalangan analis akan lebih besar daripada Facebook.


Lu sang penerus. Di tangannya harapan besar disampirkan

Pada titik ini, Ma terlihat sangat hati-hati. IPO Facebook dilakukan dengan valuasi tinggi: US$ 104 miliar. Tapi apa yang terjadi sekarang? Kapitalisasi pasarnya di posisi US$ 63 miliar. Ma tak ingin Alibaba menjadi the next Facebook – dinilai tinggi, tapi akhirnya terjun bebas. Dia ingin penilaian yang lebih konservatif. Dia ingat bagaimana perusahaan terbesar sekarang, Apple yang sekarang dinilai US$ 420 miliar, dulunya hanya dinilai US$ 90 miliar di tahun 2009. Terlepas dari sikap hati-hati itu, pasar menaksir Alibaba berkisar antara US$ 55 miliar-120 miliar.

Dengan posisinya sekarang, Lu membawa Alibaba menghadapi fase penting: masa depan. Tahun 2020, pasar e-commerce China diprediksi akan lebih besar dibanding gabungan pasar Amerika, Inggris, Jerman dan Prancis. Nilai ini tak berlebihan. Lembaga konsultan global, McKinsey menaksir China akan mengambil alih AS sebagai pasar ritel online terbesar di dunia di tahun 2015. “Ritel online di China tak hanya menjadi kanal pengganti untuk pembelian offline. Ini mendorong konsumsi secara inkremental,” tulis McKinsey. Ma sendiri memprediksi hampir sepertiga orang China akan online dalam 5 tahun ke depan. Ini berarti Alibaba akan mentransformasi konsumsi di negara dengan populasi terbesar di dunia ini. Dan bukan hanya itu: mereka akan makin menantang Amazon serta eBay karena Lu juga ditugaskan membawa Alibaba berekspansi global dengan menangkap kalangan China perantauan serta bergerak ke sejumlah kawasan di mana ekonomi tengah tumbuh.

Lantas, apa peran yang akan diambil Ma?

Ma adalah salah satu orang tajir China dengan kekayaan sekitar US$ 3,8 miliar per Maret 2013. Lelaki ini tak terlalu menunjukkan minat pada teknologi. Dia tak menghabiskan banyak waktu untuk online, atau asyik berselancar dengan iPad. Waktu luangnya dia habiskan lebih banyak untuk poker, atau sesekali ikut terapi pengobatan tradisional. Dia bergabung dengan aktor laga, Jet Li untuk membangkitkan kesadaran tentang tai chi serta bela diri China tradisional. Kepedulian pada lingkungan juga menjadi minatnya. Tahun 2010, Ma bergabung dalam dewan global Nature Conservancy. “Sebenarnya, bisnis bukanlah cinta pertamanya,” kata Orville Schell, mantan dekan sekolah jurnalis di University of California at Berkeley, yang juga kawan dekatnya.

Seperti halnya Bill Gates yang mengispirasinya, Ma akan bergerak ke balik layar sebagai executive chairman yang hanya berurusan dengan strategi serta pengembangan SDM. Apakah dia akan menulis buku?

Perkara ini sering ditanyakan orang karena banyak yang ingin tahu bagaimana dia membangun kerajaan bisnisnya. Tapi telah lama dia menjawab secara diplomatis. “Saya tak punya rencana menulis buku tentang Alibaba karena mereka yang dapat menulis buku, tak tahu bagaimana menjalankan bisnis. Dan siapa yang dapat menjalankan bisnis, tidak tahu bagaimana menulis buku,” katanya. “Tapi,” dia menyergah, “mungkin saja sih saya menulis buku. Cuma judulnya, ‘Alibaba and His 1001 Mistakes’. Karena dari kesalahan yang kami buat akan bisa menolong orang lain untuk sukses.”

Ma boleh saja merendah. Tapi orang tetap tertarik untuk melihat apakah ini benar-benar lap terakhir. Atau dari balik layarnya, dia justru makin powerful untuk menyetir perusahaannya. ***

0 comments: