Negeri-negeri tempat melakukan bedah
plastik kian menjamur. Kalangan dokter pun menangkapnya sebagai peluang bisnis.
Maklum, nilainya miliaran dolar.
SATU dari lima wanita
Korea Selatan (Korsel) melakukan operasi plastik. Begitulah laporan The
Economist (23 April 2012). Dan faktanya, mengutip International Society
of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS), Korsel adalah Nip/Tuck Nation
nomor wahid di dunia. Nip/Tuck adalah film drama serial yang tayang di kanal FX
kurun 18 Juli 2003-3 Maret 2010. Dibintangi Dylan Walsh dan Julian McMahon,
fokus cerita berputar pada seputar dunia bedah plastik. Setiap episode
menayangkan peristiwa bedah plastik beserta bumbu-bumbu kehidupan para dokter. Setelah
Negeri Ginseng, Nip/Tuck Nations berikutnya adalah Yunani, Italia,
Brazil, Kolombia, Amerika Serikat dan Taiwan.
Perihal Korsel
berada di peringkat satu, bagi Dr. Malcolm Roth, President American Society of
Plastic Surgeons tidaklah mengejutkan. “Di Asia, sangat biasa bagi para pasien
operasi plastik untuk terlihat lebih seperti orang Barat,” katanya. “Jadi, yah,
tak ada yang mengejutkan di sana.”
Sebenarnya,
hanya ada sekitar 360 ribu operasi plastik dilakukan di Korsel dalam setahun.
Masih jauh di bawah negeri Abang Sam yang mencapai 3,3 juta (total penduduk
dunia yang melakukan operasi plastik mencapai 15 juta di tahun 2011). Namun
ISAPS mengukurnya melalui perbandingan dengan jumlah penduduk. Dari ratusan
ribu operasi di Korsel, kebanyakan adalah sedot lemak, memperindah hidung, dan yang
paling ngetop: membuat lipatan kelopak mata atas (double eyelid surgery).
Sebagian besar
orang Jepang, Korea serta Tionghoa memang tidak memiliki lipatan kelopak mata
saat mereka membuka matanya. Tak heran mata mereka terlihat kecil dan sipit. Double
eyelid surgery adalah tindakan membuat lipatan pada kelopak mata yang
secara alami tidak ada (single eyelid). Hasilnya adalah mata yang lebih
besar dan bagi sebagian orang tampak lebih menarik. Dalam setahun, sekitar 44
ribu double eyelid surgery digelar di Negeri Ginseng.
Kecenderungan untuk
operasi plastik di Korsel memang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun
lalu, sekitar 20% wanita usia 19-49 tahun di Seoul mengaku melakukan operasi
plastik. Tapi apakah hanya kaum Hawa yang menyenangi kulitnya disayat pisau
bedah?
Aha,
ini menariknya. Dalam artikelnya, More Men Opt for Plastic Surgery (Wall
Street Journal, 9 Oktober 2012), Jaeyeon Woo menulis bahwa kaum Adam di Korsel
juga banyak yang berminat menjalani operasi demi kesempurnaan ragawi ini. Dan
jumlahnya semakin banyak dari tahun ke tahun. Seperti kaum wanitanya, kaum pria
Korea Selatan juga ingin bermata bundar dan terlihat lebih tampan. Mereka
seakan diselimuti aib jika memiliki wajah tipikal orang Korea seperti paras eks
bintang klub Manchester United yang kini bermain di Queens Park Rangers, Park
Ji Sung.
Efeknya:
menjamurlah klinik-klinik operasi plastik. Jaeyeon Woo mencatat sedikitnya ada
1800 tempat bedah plastik di Korsel, termasuk di Gangnam, daerah orang-orang
kaya di selatan Seoul.
Kang
Jang-seok, yang membuka Man & Nature di Gangnam, misalnya, menuturkan bahwa
awalnya dia hanya membuka praktik klinik transplantasi rambut di tahun
2005. Namun, dia segera memutuskan mendirikan klinik operasi plastik untuk
mengakomodasi tingginya minat kaum pria yang ingin punya mata lebih besar dan hidung
bangir. Tahun 2012 dia pindah ke gedung elit untuk mengoperasikan klinik yang
total mempermak tubuh kaum pria dari atas sampai bawah. Dalam sehari, Kang bisa
mengoperasi hingga 6 kali, terutama untuk memperindah hidung.
Sementara
itu, seorang dokter terkenal, Kim Soo-shin, yang sudah membuka klinik
kecantikan selama lebih dari 20 tahun, membuka klinik khusus pia bernama Real
for Men pada tahun 2006. Pasien kaum Adam meningkat dua kali lipat sejak itu.
“Sekarang bukan soal bagi kaum lelaki untuk mengunjungi klinik operasi
plastik,” katanya.
Daya
endus para dokter Korsel dalam menunggangi gelombang nip/tuck ini memang
luar biasa. Namun mereka juga diuntungkan animo masyarakat yang ingin wajahnya seperti artis-artis Korsel yang tengah
menginvasi dunia. Wajah-wajah menawan, dengan tubuh langsing dan rambut pirang
bak Barbie. Apalagi, seperti diungkap Dr. Seung Yoon Celine Lee, seorang pakar
dermatologi, orang Korsel punya pemahaman tersendiri
yang sejak lama cukup berakar. “Kulit yang cerah menunjukkan bahwa
Anda datang dari keluarga kerajaan,” katanya. Wow! Jadilah operasi plastik
sebagai peningkatan citra dalam kehidupan sosial – sekalipun mereka tahu
anak-anak mereka kelak tetap saja tak bermata bundar karena faktor genetika Terlebih lagi untuk kalangan pria,
mereka punya contoh yang tidak tanggung-tanggung: mantan Presiden Roh Moo-hyun.
Saat masih berkuasa (tahun 2005), dia melakukan
operasi double-eyelid. Kendati mengundang banyak komentar, termasuk nada miring, pada saat itu staf kepresidenan beralibi dengan menyatakan
sang kepala negara punya masalah di kelopak matanya sehingga terpaksa melakukan
operasi.
Apapun,
gelombang nip/tuck ini membuat klinik operasi plastik semakin menjamur di negeri Ginseng. Beberapa
klinik elit berkembang tanpa gembar-gembor dan promosi berlebihan. Dalam website-nya,
mereka memajang deretan dokter bedah terbaik untuk menarik minat masyarakat.
Salah
satunya adalah The TengTeng Skin Clinic. Para dokter di klinik ini malahan
bukan hanya membidik orang Korsel, tapi juga orang-orang asing. Yang mereka
tawarkan adalah teknologi dermatologi paling canggih terutama dalam urusan perawatan kulit, trambut dan kuku. Karena
membidik orang asik, para staf di klinik ini fasih berbahasa Inggris.
Selain
TengTeng, klinik terkenal di Negeri Ginseng adalah Oracle Dermatology &
Plastic Surgey Clinic. Bermarkas di Apgujeong, Oracle adalah klinik yang
memiliki cabang terbanyak (60). Di Korsel, cabangnya 48 gerai, sementara di
luar negeri punya 12 cabang (Taiwan dan Cina). Pertumbuhan ini terbilang cepat
mengingat Oracle berdiri pada 2004, berawal dari klinik gigi. Oracle diperkuat
80 orang dokter spesialis. Mereka bukan hanya mengurusi operasi plastik, tapi
juga telinga, hidung dan tenggorokan.
Seperti
halnya klinik-klinik operasi plastik lazimnya, klinik-klinik ternama ini juga
tidak terlalu aktif beriklan. Lewat website, orang di seluruh penjuru
dunia bisa langsung mengontak dan registrasi.
Kondisi
ini akhirnya menghasilkan juga peluang bisnis lain yang difasilitasi Pemerintah:
medical facilitator. Salah satu yang memanfaatkannya adalah Hucare Co.
Ltd. Perusahaan ini adalah mitra resmi Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan, Korea
Tourism Organization (KTO), Korea Health Industry Development Institute
(KHIDI), Medical Korea, dan Gangnam-Gu Medical Tourism. Apa yang dilakukan
Hucare?
Mereka
mendirikan portal multibahasa yang berisi daftar klinik dan rumah sakit di
Korsel. Lewat portal ini, pengunjung bisa mengetahui apa yang ditawarkan klinik
dan rumah sakit yang ada sekaligus memastikan apa yang cocok buat mereka. Staf
KMH akan memastikan pengunjung sampai ke klinik yang dituju mulai dari
kedatangan hingga selama perawatan. KMH menyebut layanannya ini medical tour
experience. Tertarik? Tinggal kunjungi kmhglobal.com.
Berdiri
sejak 2011, KMH terhitung leader dalam hal medical facilitator.
Mereka sudah menyabet sejumlah penghargaan dari Kementrian Kesehatan dan
Kesejahteraan.
Adanya para
fasilitator ini sangat berpengaruh terhadap posisi Korsel sebagai medical hub global. Di tahun 2011, lebih
dari 120 ribu pasien datang dari seluruh dunia ke Korsel. Dibanding tahun 2009,
jumlah ini melonjak 49,5% (60 ribu pasien). Kebanyakan yang datang adalah
orang-orang Jepang.
Seluruh orang
asing ini mengunjungi 1383 pusat kesehatan. Yang menarik, laporan pemerintah
Korsel menyatakan bahwa bila sebelumnya kebanyakan hanya datang untuk berobat
penyakit dalam, ternyata dari tahun ke tahun, pasien yang datang adalah untuk
melakukan operasi plastik.
Persaingan yang
tinggi pada akhirnya kadang membuat etika terabaikan. Selain pola getok tular
atau lewat portal medical facilitator,
banyak juga yang memasang wajah artis secara serampangan. Beberapa waktu lalu,
enam
bintang top Korea yakni aktor Jang Dong
Gun, Song Hye Gyo, Kim Nang Gil, BoA, Jessica serta
Tiffany 'SNSD' menuntut sebuah klinik operasi plastik di Korsel dengan alasan penggunaan promosi tanpa seijin
mereka. Sebelumnya
bintang 'G.I Joe', Lee Byung Hun,
Wonder Girls, serta Min Hyo Rin juga pernah melakukan tuntutan serupa.
Membajirnya tawaran bedah plastik di Korsel |
Tanpa penggunaan
foto-foto itu pun sebenarnya klinik-klinik tersebut tak akan kehilangan pasien.
Mereka bisa menjual produk-produk kecantikan bagi para wanita yang memang
seakan tak pernah puas dengan tubuhnya. Pasalnya, wanita Korsel tak
hanya menyerbu klinik untuk operasi
plastik.
Produk-produk kecantikan pun menjadi teman keseharian mereka. Dr. Seung Yoon Celine Lee menyebut
sedikitnya seorang wanita Korsel menggunakan 18 produk
kecantikan dalam satu hari. Luar biasa,
bukan?
Tapi urusan
gelombang Nip/Tuck demi kesempurnaan ragawi ini tak hanya melanda Negeri
Ginseng. Negeri Samba pun tak kalah hebohnya. “Kecantikan adalah hal yang
teramat penting di Brazil,” ujar Alexander
Edmonds, penulis Pretty Modern: Beauty, Sex And
Plastic Surgery In Brazil. “Keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi pada seseorangbahwa dia cantik
adalah hal biasa. Kebetulan, orang luar juga memandang Brazil adalah simbol
sensualitas tropis,” Edmonds melanjutkan.
Memburu kecantikan, ulas
majalah Stylist beberapa waktu lalu,
adalah agenda penting kaum wanita Brazil. Mereka 11 kali lebih banyak
meluangkan uangnya untuk membeli produk kecantikan dibanding wanita Inggris.
Dan kalau perlu diburu dengan bedah plastik, mereka akan lakukan demi tubuh
yang sempurna. Sebuah riset menyebutkan sekitar 95% wanita Brazil ingin
mengubah tubuh dan mempertimbangkan melakukan bedah plastik. “Tubuh yang melar
itu tidak diterima di Brazil,” ujar pakar bedah plastik, Dr. Sampaio Goes yang merupakan dokter bedah favorit kalangan elit São Paulo.
Akibatnya, industri bedah
plastik tumbuh menjamur dengan nilai sangat besar. Mengacu data Masyarakat
Bedah Plastik Brazil (Sociedade Brasileira de Cirurgia Plástica), nilainya mencapai US$ 15 miliar.
Seperti halnya di Korsel,
industri ini juga memancing para dokter Brazil menangkap peluang bisnis yang
begitu besar. Lebih dari 5000 ahli bedah plastik membuka klinik atau rumah
sakit swasta. Dalam setahun, sekitar 630 ribu bedah plastik dilakukan di negeri
ini.
Klinik yang paling terkenal adalah
Ivo Pitanguy
Clinic. Berdiri sejak 1963, klinik yang dibangun Dr. Ivo
Pitanguy ini bahkan telah menjadi ikon bedah plastik di Brazil.
Pitanguy sendiri
adalah legenda Brazil dan dunia. Di dunia bedah plastik, dia dianggap seperti
Pele di lapangan hijau. Semua ini tentu karena kepiawaiannya. Dia bahkan
dijuluki “Michelangelo dengan pisau bedah”. Kliniknya di Rio de Janeiro telah
menjadi saksi sejumlah bangsawan, raja dan ratu, presiden, artis, dan sosialita
kelas dunia mempercayakan tubuhnya dipermak Pitanguy.
Dari kliniknya
ini, Pitanguy pun kaya raya. Rumahnya tersebar hingga Paris. Dan kalau ada
orang yang sinis terhadap profesinya, dia selalu berujar bahwa dia melihat
bisnisnya sebagai “pencarian sebuah harmoni antara tubuh dan jiwa”.
Dr Pitanguy. The Legend |
Setelah
Pitanguy, menyusul dokter-dokter muda yang juga tak kalah terkenal. Diantaranya
murid Pitanguy, Dr. José
Horácio Aboudib lewat Aboudib Surgeon.
Lalu, Dr. Ricardo Marujo di Sao Paulo. Mereka adalah langganan orang-orang top
untuk mempermak tubuh.
Membanjirnya
dokter yang mengikuti jejak Pitanguy, pada akhirnya juga menarik minat
wisatawan asing untuk datang. Tak peduli orang biasa, mereka pergi ke Negeri
Samba. Maka Brazil pun mengembangkan apa yang disebut cosmetics
tourism, bukan medical tourism. Semboyan
pun lahir di negeri ini: sun, sand and
surgery. Bahkan sebelum orang datang ke Korsel, banyak yang menyerbu ke
Brazil untuk memperindah tubuhnya. Ditaksir, 50 ribu orang datang ke Brazil
setiap tahunnya, termasuk orang-orang AS dan Timur Tengah. Alasannya, selain
teknologinya sudah canggih, biayanya pun lebih murah ketimbang di AS.
Hingga beberapa tahun ke
depan, Brazil ditaksir akan terus menjadi pusat bedah plastik dunia seperti
halnya Korsel. Bedanya, cowok-cowok Brazil tidak “segila” kaum pria Korsel yang
juga keranjingan wajahnya disayat agar tampak terlihat lebih tampan.
Namun bukan hanya Brazil dan
Korsel, negeri-negeri lain pun akan mengikuti gelombang Nip/Tuck ini, terutama
yang masyarakatnya semakin makmur. Sekalipun mengetahui banyak efek samping
serta potensi kegagalan yang membayangi setidap bedah yang dilakukan, hasrat
menjadi lebih cantik dan tampan selalu lebih besar dibanding risiko yang
mungkin ditanggung. ***
0 comments:
Post a Comment