Come on

Follow me @teguhspambudi

Saturday, March 16, 2013

Menunggangi Gelombang Nip/Tuck

Share this history on :


Negeri-negeri tempat melakukan bedah plastik kian menjamur. Kalangan dokter pun menangkapnya sebagai peluang bisnis. Maklum, nilainya miliaran dolar.

SATU dari lima wanita Korea Selatan (Korsel) melakukan operasi plastik. Begitulah laporan The Economist (23 April 2012). Dan faktanya, mengutip International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS), Korsel adalah Nip/Tuck Nation nomor wahid di dunia. Nip/Tuck adalah film drama serial yang tayang di kanal FX kurun 18 Juli 2003-3 Maret 2010. Dibintangi Dylan Walsh dan Julian McMahon, fokus cerita berputar pada seputar dunia bedah plastik. Setiap episode menayangkan peristiwa bedah plastik beserta bumbu-bumbu kehidupan para dokter. Setelah Negeri Ginseng, Nip/Tuck Nations berikutnya adalah Yunani, Italia, Brazil, Kolombia, Amerika Serikat dan Taiwan.

Perihal Korsel berada di peringkat satu, bagi Dr. Malcolm Roth, President American Society of Plastic Surgeons tidaklah mengejutkan. “Di Asia, sangat biasa bagi para pasien operasi plastik untuk terlihat lebih seperti orang Barat,” katanya. “Jadi, yah, tak ada yang mengejutkan di sana.”

Sebenarnya, hanya ada sekitar 360 ribu operasi plastik dilakukan di Korsel dalam setahun. Masih jauh di bawah negeri Abang Sam yang mencapai 3,3 juta (total penduduk dunia yang melakukan operasi plastik mencapai 15 juta di tahun 2011). Namun ISAPS mengukurnya melalui perbandingan dengan jumlah penduduk. Dari ratusan ribu operasi di Korsel, kebanyakan adalah sedot lemak, memperindah hidung, dan yang paling ngetop: membuat lipatan kelopak mata atas (double eyelid surgery).

Sebagian besar orang Jepang, Korea serta Tionghoa memang tidak memiliki lipatan kelopak mata saat mereka membuka matanya. Tak heran mata mereka terlihat kecil dan sipit. Double eyelid surgery adalah tindakan membuat lipatan pada kelopak mata yang secara alami tidak ada (single eyelid). Hasilnya adalah mata yang lebih besar dan bagi sebagian orang tampak lebih menarik. Dalam setahun, sekitar 44 ribu double eyelid surgery digelar di Negeri Ginseng.

Kecenderungan untuk operasi plastik di Korsel memang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tahun lalu, sekitar 20% wanita usia 19-49 tahun di Seoul mengaku melakukan operasi plastik. Tapi apakah hanya kaum Hawa yang menyenangi kulitnya disayat pisau bedah?

Aha, ini menariknya. Dalam artikelnya, More Men Opt for Plastic Surgery (Wall Street Journal, 9 Oktober 2012), Jaeyeon Woo menulis bahwa kaum Adam di Korsel juga banyak yang berminat menjalani operasi demi kesempurnaan ragawi ini. Dan jumlahnya semakin banyak dari tahun ke tahun. Seperti kaum wanitanya, kaum pria Korea Selatan juga ingin bermata bundar dan terlihat lebih tampan. Mereka seakan diselimuti aib jika memiliki wajah tipikal orang Korea seperti paras eks bintang klub Manchester United yang kini bermain di Queens Park Rangers, Park Ji Sung.

Efeknya: menjamurlah klinik-klinik operasi plastik. Jaeyeon Woo mencatat sedikitnya ada 1800 tempat bedah plastik di Korsel, termasuk di Gangnam, daerah orang-orang kaya di selatan Seoul.

Kang Jang-seok, yang membuka Man & Nature di Gangnam, misalnya, menuturkan bahwa awalnya dia hanya membuka praktik klinik transplantasi rambut di tahun 2005. Namun, dia segera memutuskan mendirikan klinik operasi plastik untuk mengakomodasi tingginya minat kaum pria yang ingin punya mata lebih besar dan hidung bangir. Tahun 2012 dia pindah ke gedung elit untuk mengoperasikan klinik yang total mempermak tubuh kaum pria dari atas sampai bawah. Dalam sehari, Kang bisa mengoperasi hingga 6 kali, terutama untuk memperindah hidung.

Sementara itu, seorang dokter terkenal, Kim Soo-shin, yang sudah membuka klinik kecantikan selama lebih dari 20 tahun, membuka klinik khusus pia bernama Real for Men pada tahun 2006. Pasien kaum Adam meningkat dua kali lipat sejak itu. “Sekarang bukan soal bagi kaum lelaki untuk mengunjungi klinik operasi plastik,” katanya.

Daya endus para dokter Korsel dalam menunggangi gelombang nip/tuck ini memang luar biasa. Namun mereka juga diuntungkan animo masyarakat yang ingin wajahnya seperti artis-artis Korsel yang tengah menginvasi dunia. Wajah-wajah menawan, dengan tubuh langsing dan rambut pirang bak Barbie. Apalagi, seperti diungkap Dr. Seung Yoon Celine Lee, seorang pakar dermatologi, orang Korsel punya pemahaman tersendiri yang sejak lama cukup berakar. “Kulit yang cerah menunjukkan bahwa Anda datang dari keluarga kerajaan,” katanya. Wow! Jadilah operasi plastik sebagai peningkatan citra dalam kehidupan sosial – sekalipun mereka tahu anak-anak mereka kelak tetap saja tak bermata bundar karena faktor genetika Terlebih lagi untuk kalangan pria, mereka punya contoh yang tidak tanggung-tanggung: mantan Presiden Roh Moo-hyun. Saat masih berkuasa (tahun 2005), dia melakukan operasi double-eyelid. Kendati mengundang banyak komentar, termasuk nada miring, pada saat itu staf kepresidenan beralibi dengan menyatakan sang kepala negara punya masalah di kelopak matanya sehingga terpaksa melakukan operasi.

Apapun, gelombang nip/tuck ini membuat klinik operasi plastik semakin menjamur di negeri Ginseng. Beberapa klinik elit berkembang tanpa gembar-gembor dan promosi berlebihan. Dalam website-nya, mereka memajang deretan dokter bedah terbaik untuk menarik minat masyarakat.

Salah satunya adalah The TengTeng Skin Clinic. Para dokter di klinik ini malahan bukan hanya membidik orang Korsel, tapi juga orang-orang asing. Yang mereka tawarkan adalah teknologi dermatologi paling canggih terutama dalam urusan  perawatan kulit, trambut dan kuku. Karena membidik orang asik, para staf di klinik ini fasih berbahasa Inggris.

Selain TengTeng, klinik terkenal di Negeri Ginseng adalah Oracle Dermatology & Plastic Surgey Clinic. Bermarkas di Apgujeong, Oracle adalah klinik yang memiliki cabang terbanyak (60). Di Korsel, cabangnya 48 gerai, sementara di luar negeri punya 12 cabang (Taiwan dan Cina). Pertumbuhan ini terbilang cepat mengingat Oracle berdiri pada 2004, berawal dari klinik gigi. Oracle diperkuat 80 orang dokter spesialis. Mereka bukan hanya mengurusi operasi plastik, tapi juga telinga, hidung dan tenggorokan.

Seperti halnya klinik-klinik operasi plastik lazimnya, klinik-klinik ternama ini juga tidak terlalu aktif beriklan. Lewat website, orang di seluruh penjuru dunia bisa langsung mengontak dan registrasi.

Kondisi ini akhirnya menghasilkan juga peluang bisnis lain yang difasilitasi Pemerintah: medical facilitator. Salah satu yang memanfaatkannya adalah Hucare Co. Ltd. Perusahaan ini adalah mitra resmi Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan, Korea Tourism Organization (KTO), Korea Health Industry Development Institute (KHIDI), Medical Korea, dan Gangnam-Gu Medical Tourism. Apa yang dilakukan Hucare?

Mereka mendirikan portal multibahasa yang berisi daftar klinik dan rumah sakit di Korsel. Lewat portal ini, pengunjung bisa mengetahui apa yang ditawarkan klinik dan rumah sakit yang ada sekaligus memastikan apa yang cocok buat mereka. Staf KMH akan memastikan pengunjung sampai ke klinik yang dituju mulai dari kedatangan hingga selama perawatan. KMH menyebut layanannya ini medical tour experience. Tertarik? Tinggal kunjungi kmhglobal.com.

Berdiri sejak 2011, KMH terhitung leader dalam hal medical facilitator. Mereka sudah menyabet sejumlah penghargaan dari Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan.

Adanya para fasilitator ini sangat berpengaruh terhadap posisi Korsel sebagai medical hub global. Di tahun 2011, lebih dari 120 ribu pasien datang dari seluruh dunia ke Korsel. Dibanding tahun 2009, jumlah ini melonjak 49,5% (60 ribu pasien). Kebanyakan yang datang adalah orang-orang Jepang.

Seluruh orang asing ini mengunjungi 1383 pusat kesehatan. Yang menarik, laporan pemerintah Korsel menyatakan bahwa bila sebelumnya kebanyakan hanya datang untuk berobat penyakit dalam, ternyata dari tahun ke tahun, pasien yang datang adalah untuk melakukan operasi plastik.

Persaingan yang tinggi pada akhirnya kadang membuat etika terabaikan. Selain pola getok tular atau lewat portal medical facilitator, banyak juga yang memasang wajah artis secara serampangan. Beberapa waktu lalu, enam bintang top Korea yakni aktor Jang Dong Gun, Song Hye Gyo, Kim Nang Gil, BoA, Jessica serta Tiffany 'SNSD' menuntut sebuah klinik operasi plastik di Korsel dengan alasan penggunaan promosi tanpa seijin mereka. Sebelumnya bintang 'G.I Joe', Lee Byung Hun, Wonder Girls, serta Min Hyo Rin juga pernah melakukan tuntutan serupa.


Membajirnya tawaran bedah plastik di Korsel

Tanpa penggunaan foto-foto itu pun sebenarnya klinik-klinik tersebut tak akan kehilangan pasien. Mereka bisa menjual produk-produk kecantikan bagi para wanita yang memang seakan tak pernah puas dengan tubuhnya. Pasalnya, wanita Korsel tak hanya menyerbu klinik untuk operasi plastik. Produk-produk kecantikan pun menjadi teman keseharian mereka. Dr. Seung Yoon Celine Lee menyebut sedikitnya seorang wanita Korsel menggunakan 18 produk kecantikan dalam satu hari. Luar biasa, bukan?

Tapi urusan gelombang Nip/Tuck demi kesempurnaan ragawi ini tak hanya melanda Negeri Ginseng. Negeri Samba pun tak kalah hebohnya. Kecantikan adalah hal yang teramat penting di Brazil,” ujar Alexander Edmonds, penulis Pretty Modern: Beauty, Sex And Plastic Surgery In Brazil. “Keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi pada seseorangbahwa dia cantik adalah hal biasa. Kebetulan, orang luar juga memandang Brazil adalah simbol sensualitas tropis,” Edmonds melanjutkan.

Memburu kecantikan, ulas majalah Stylist beberapa waktu lalu, adalah agenda penting kaum wanita Brazil. Mereka 11 kali lebih banyak meluangkan uangnya untuk membeli produk kecantikan dibanding wanita Inggris. Dan kalau perlu diburu dengan bedah plastik, mereka akan lakukan demi tubuh yang sempurna. Sebuah riset menyebutkan sekitar 95% wanita Brazil ingin mengubah tubuh dan mempertimbangkan melakukan bedah plastik. “Tubuh yang melar itu tidak diterima di Brazil,” ujar pakar bedah plastik, Dr. Sampaio Goes yang merupakan dokter bedah favorit kalangan elit São Paulo.

Akibatnya, industri bedah plastik tumbuh menjamur dengan nilai sangat besar. Mengacu data Masyarakat Bedah Plastik Brazil (Sociedade Brasileira de Cirurgia Plástica), nilainya mencapai US$ 15 miliar.

Seperti halnya di Korsel, industri ini juga memancing para dokter Brazil menangkap peluang bisnis yang begitu besar. Lebih dari 5000 ahli bedah plastik membuka klinik atau rumah sakit swasta. Dalam setahun, sekitar 630 ribu bedah plastik dilakukan di negeri ini.

Klinik yang paling terkenal adalah Ivo Pitanguy Clinic. Berdiri sejak 1963, klinik yang dibangun Dr. Ivo Pitanguy ini bahkan telah menjadi ikon bedah plastik di Brazil.

Pitanguy sendiri adalah legenda Brazil dan dunia. Di dunia bedah plastik, dia dianggap seperti Pele di lapangan hijau. Semua ini tentu karena kepiawaiannya. Dia bahkan dijuluki “Michelangelo dengan pisau bedah”. Kliniknya di Rio de Janeiro telah menjadi saksi sejumlah bangsawan, raja dan ratu, presiden, artis, dan sosialita kelas dunia mempercayakan tubuhnya dipermak Pitanguy.

Dari kliniknya ini, Pitanguy pun kaya raya. Rumahnya tersebar hingga Paris. Dan kalau ada orang yang sinis terhadap profesinya, dia selalu berujar bahwa dia melihat bisnisnya sebagai “pencarian sebuah harmoni antara tubuh dan jiwa”.


Dr Pitanguy. The Legend


Setelah Pitanguy, menyusul dokter-dokter muda yang juga tak kalah terkenal. Diantaranya murid Pitanguy, Dr. José Horácio Aboudib lewat Aboudib Surgeon. Lalu, Dr. Ricardo Marujo di Sao Paulo. Mereka adalah langganan orang-orang top untuk mempermak tubuh.

Membanjirnya dokter yang mengikuti jejak Pitanguy, pada akhirnya juga menarik minat wisatawan asing untuk datang. Tak peduli orang biasa, mereka pergi ke Negeri Samba. Maka Brazil pun mengembangkan apa yang disebut cosmetics tourism, bukan medical tourism. Semboyan pun lahir di negeri ini: sun, sand and surgery. Bahkan sebelum orang datang ke Korsel, banyak yang menyerbu ke Brazil untuk memperindah tubuhnya. Ditaksir, 50 ribu orang datang ke Brazil setiap tahunnya, termasuk orang-orang AS dan Timur Tengah. Alasannya, selain teknologinya sudah canggih, biayanya pun lebih murah ketimbang di AS.

Hingga beberapa tahun ke depan, Brazil ditaksir akan terus menjadi pusat bedah plastik dunia seperti halnya Korsel. Bedanya, cowok-cowok Brazil tidak “segila” kaum pria Korsel yang juga keranjingan wajahnya disayat agar tampak terlihat lebih tampan.

Namun bukan hanya Brazil dan Korsel, negeri-negeri lain pun akan mengikuti gelombang Nip/Tuck ini, terutama yang masyarakatnya semakin makmur. Sekalipun mengetahui banyak efek samping serta potensi kegagalan yang membayangi setidap bedah yang dilakukan, hasrat menjadi lebih cantik dan tampan selalu lebih besar dibanding risiko yang mungkin ditanggung. ***

Researched by Dian Solihati

0 comments: