Come on

Follow me @teguhspambudi

Tuesday, August 9, 2011

Sal Si Pemberdaya

Share this history on :

Bermula dari niat membantu, dia membangun sekolah virtual kelas dunia. Dari kloset, dia memberdayakan banyak orang.

Bill Gates punya guru favorit baru?

Ya, begitulah pengakuan pemilik Microsoft. Namanya, Salman Khan. Bersama anaknya, Rory John Gates (12), Bill sangat menikmati tutorial online yang disajikan Salman lewat websites-nya, khanacademy.org. Di situs ini, seperti para pengunjung lainnya, mereka sangat terbantu dengan tutorial pelajaran yang ada. "I've been using with my kids," katanya penuh kekaguman. Bill mengetahui situs ini lewat email yang dikirim tim think-tank-nya, bgC3, di tahun 2009. Pesan suratnya: ada situs pembelajaran yang menarik.

Khanacademy.org memang situs istimewa. Di sini, orang bisa mendapakan koleksi pembelajaran online dengan beragam cakupan ilmu, mulai dari matematika, sejarah, keuangan, fisika, kimia, biologi, astronomi, ekonomi, komputer, bahkan SAT. Ilmu-ilmu itu diantarkan lewat video tutorial yang disimpan di YouTube. Kini, lebih dari 2400 video kajian yang tersedia.

Salman adalah orang yang berada di balik situs ini. Dan melihat kiprahnya, bisa dikatakan dia adalah social entrepreneur jempolan di era digital seperti saat ini. The Khan Academy yang didirikannya pada tahun 2006 adalah oganisasi nirlaba yang bergerak di sektor pendidikan. Salman menggarisbawahi misi organisasinya: "providing a high quality education to anyone, anywhere". Dan semua bisa diakses gratis!

Siapa sebenarnya Salman?

Sal, begitu dia akrab disapa, adalah keturunan Bangladesh yang lahir di New Orleans, Louisiana, 34 tahun lalu. Berotak encer, selepas dari Massachusetts Institute of Technology jurusan matematika dan komputer, Sal mengambil MBA dari Harvard Business School. Menggondol gelar dari perguruan top dunia, membuatnya tak sulit mencari pekerjaan di sektor keuangan.

Tahun 2004, jalan hidupnya mulai berubah. Dalam satu kesempatan, Sal dihubungi Nadia. Sepupunya itu merasa kesulitan mengerjakan soal-soal matematika. Sal membantunya menggunakan Doodle Notepad dari Yahoo! Merasa apa yang dikerjakannya sangat membantu orang dalam memahami pelajaran, dan ketika anggota keluarga lainnya menyambat hal yang sama, Sal memutuskan untuk membuat tutorial dengan cara merekam dan meng-upload-nya ke YouTube. Khan Academy pun meluncur 16 November 2006.

Tiada disangka, situs yang diluncurkan anak imigran Muslim ini mendapat sambutan luas. Akhirnya, 5 tahun menyambi, Sal memutuskan untuk sepenuhnya mengurus situs belajar online-nya. Dia ingin fokus mengajar, menjadi dosen di “sekolahnya”. Pada akhir Desember 2009, tahun ketika dia memutuskan fokus “mengajar”, video-video kuliah Sal sudah diakses sedikitnya 35.000 view setiap harinya. Dibuat di Camtasia Studio, setiap video itu sedikitnya berdurasi 10 menit menggambarkan Sal yang tengah mengajar.

Sejatinya, sudah banyak orang yang coba membuat situs untuk belajar secara online. Lantas, mengapa situsnya sukses?

Para pengamat menyebut ada tiga kekuatan Khan Academy: quick, free and easy to understand. Pelajaran dan kursus jarak jauh sejatinya telah dijalankan sejak penemuan surat elektronik. Sejumlah lembaga pun telah masuk ke sektor ini dengan tujuan profit. Salah satunya adalah University of Phoenix. Universitas ini punya setengah juta siswa yang kuliah secara online. Lembaga lainnya, seperti Teaching Co., mengumpulkan dosen-dosen dari Ivy League, Stanford, Georgetown dan sekolah top lain membuat audio video tutorial mulai dari US$ 175-775 per keeping DVD. Masuk ke thegreatcourses.com, kita bisa membeli aneka pelajaran dalam keping DVD yang dikemas menarik.

Sal menyajikan dalam kemasan berbeda. Selain gratis, dia pun biasanya menyajikan satu topik dalam waktu yang singkat. Dalam 10-15 menit dia menjelaskan satu pelajaran, biasanya dengan menggambarkan atau menggoreskan di tablet Wacom dengan pena elektronik seharga US$ 80. Sambil menggores, Sal mengisi video dengan suaranya. Cara ini membuat orang bisa melihat tahap demi tahap sebuah pemecahan masalah.

Bukan hanya murid-murid yang tertarik. Para guru pun, terutama di negeri Abang Sam, banyak yang kepincut. Mereka mengaku kadang frustrasi mengajarkan sebuah topik di tengah-tengah kelas. Berdiri di depan papan tulis, mereka berupaya menarik perhatian semua murid untuk memahami sebuah topik. Bagi anak-anak yang sudah memahami, kadang itu membosankan sehingga mereka tak memperhatikan sang guru. Dengan bantuan Sal, guru bisa mengajak murid untuk sama-sama mengakses untuk mengupas satu topik.

Banyak orang bertanya: bagaimana Sal merekam kuliahnya?

Sebelum di studio, pada awalnya Sal banyak merekam di kloset di rumahnya, di Palo Alto, Kalifornia. Suaranya kadang tak terdengar jernih. Maklum, dia menggunakan headset Logitech senilai US$ 25. Toh karena dia menjelaskan dengan jernih, dan terutama juga karena gratis, orang pun ramai mengaksesnya.

Tapi Sal mengaku bahwa kesederhanaan membuat produknya jadi bernilai. Tak menampilkan wajah, menggoreskan pelajaran di tablet Wacom, membuat orang fokus mendengarkan suaranya dan memperhatikan apa yang dituliskan. Menurutnya ternyata ini membuat sesuatu yang berbeda dibanding kelas biasa di ruangan. “Banyak orang bilang, ‘Hei Sal, kamu mengajar seperti seorang teman, bukan seorang guru’,” katanya bangga. Sal pun dianggap membebaskan dan memberdayakan orang-orang kelas menengah yang tidak bisa masuk kuliah, atau membeli DVD yang lumayan seperti yang dijual Teaching Co.

Kepopuleran situs Sal, tak ayal menimbulkan efek ganda. Di satu sisi, situsnya telah mengancam keberadaan situs pengajaran online yang menjual audio video lewat DVD. Namun di sisi lain, upayanya menarik para filantropis untuk membantunya. Salah satunya adalah Bill Gates yang sangat mengaguminya. Gates mengucurkan US$ 1,5 juta untuk Khan Academy agar websites-nya semakin menarik dan mudah diakses. “Saya mencari sesuatu yang seperti ini. Kerjaan Sal sangat penting,” katanya. Bos Microsoft itu kemudian menyatakan bahwa pendekatan yang dikembangkan Sal menunjukkan hal yang sangat krusial dewasa ini: pendidikan bisa dikustomisasi, dan setiap murid dapat dibantu secara massal, tapi tetap personal disesuaikan kebutuhannya. Inilah keunikan pendekatan Sal. Begitu kata Gates yang sudah satu dasawarsa terakhir ini memang aktif membantu pendidikan di seantero dunia.

Tak cuma Gates yang membantu proyek kemanusiaan ini. Nama-nama top juga telah menyalurkan donasi. John Doerr, misalnya. Venture capitalist papan atas ini memberi bantuan US$ 100 ribu. Google bahkan mengucurkan US$ 2 juta agar Khan Academy bisa membuat lebih banyak lagi tutorial dan menerjemahkan ke sejumlah bahasa utama di dunia. Di luar itu, banyak orang biasa turut memberi donasi.

Sal sendiri mengaku dirinya memang tidak berpikir untuk mencari laba. Padahal, seperti kata Gates, Sal bisa sangat kaya bila dia mau. Itulah sebabnya Khan Academy tetap berjalan nirlaba. Sal tak mau mengkhianati misinya membantu pendidikan seluas-luasnya agar orang bisa lebih berdaya.

Namun dengan keteguhan hati seperti itu, banyak yang berjiwa social entrepreneur berupaya membantunya. Selain dengan dana, kini makin banyak orang yang menyumbangkan waktu dan tenaga buat Khan Academy. Terutama para sukarelawan yang memang ingin mengabdikan sesuatu tanpa dibayar. “Aku dapat talenta-talenta hebat yang tak bisa dibeli dengan uang,” kata Sal.

Beberapa nama top kini bergabung di Khan Academy, seperti John Resig, Dekan Open Source yang juga pakar dalam pemrograman bahasa Java. Nama besar lainnya adalah Shantanu Sinha, yang relah meninggalkan McKinsey untuk membantu Sal. Kini dia menjadi COO Khan Academy.

Sal sendiri kini terus mengembangkan Khan Academy menjadi universitas virtual. Dia tengah membangun kantor di Mountain View. Berangkat dari nol, Khan Academy sekarang punya 8 karyawan. Di kantor ini, Sal sekarang seperti selebritis. Di sela-sela waktunya merekam suara sambil menggores di atas tablet Wacom-nya, tamu-tamu top berdatangan. Wael Ghonim, tokoh muda yang menggelorakan revolusi Mesir yang menumbangkan Hosni Mubarak, misalnya, belum lama ini menjadi tamunya.

Meski makin top, Sal toh tetap rendah hati. Dia mengaku hanya punya satu keinginan. “Aku hanya ingin membuat ratusan ribu video untuk beragam subjek pelajaran. Dan aku ingin menciptakan sekolah virtual kelas dunia yang gratis, di mana orang bisa belajar apa saja.”

Pantaslah kalau Bill Gates pun kesengsem dengannya.



0 comments: