Come on

Follow me @teguhspambudi

Monday, April 11, 2011

Perempuan Perkasa di Pentas Dunia

Share this history on :

Tak banyak wanita menjadi pemimpin bisnis kaliber global. Tapi beberapa sanggup menunjukkan bahwa prestasi tak mengenal gender.

1 April 2011. Perlu 86 tahun bagi Nomura Holdings Inc untuk mengangkat seorang perempuan menjadi wanita pertama yang duduk menjadi eksekutif seniornya. Dialah Junko Nakagawa, wanita pertama yang menjadi CFO di perusahaan sekuritas global tersebut.

Junko mengaku tak ada yang istimewa. Tak ada yang luar biasa hanya karena dia wanita. Menurut wanita 45 tahun ini, pengangkatan dirinya adalah bentuk komitmen perusahaan untuk bergerak maju. Tapi bagi dunia bisnis Jepang tergolong hebat, pengangkatan Junko tetap luar biasa. Tiga bank besar negeri sakura, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc, Sumitomo Mitsui Financial Group Inc. dan Mizuho Financial Group Inc., semuanya tak punya kaum Hawa di jajaran eksekutif puncaknya.

Bergeser ke Negeri Abang Sam. Sudah 21 bulan Ursula Burns mengukuhkan diri sebagai salah seorang dari African American yang menjadi CEO perusahaan Fortune 500. Hebatnya, CEO Xerox Corporation ini memiliki perbedaan yang luar biasa. Dialah satu-satunya wanita kulit hitam yang menjadi CEO perusahaan bergengsi yang masuk Fortune 500.

Burns tumbuh di wilayah Lower East Side of Manhattan. Ibunya adalah orang tua tunggal yang membesarkan 3 orang anak. Dia menanamkan keberanian dan kekuatan pada anak-anaknya. “Saya masih ingat apa yang dikatakannya, ‘Lingkungan tidak mendefinisikan apapun’,” ujar Burns. Mereka sekeluarga tidak datang dari keluarga kaya, tinggal di wilayah biasa-biasa saja, komplek perumahan Baruch House yang diperuntukkan bagi masyarakat bawah. “Ibu juga selalu bilang setiap waktu, ‘Where you are is not who you are’,” katanya.

Mengingat sepak terjang selama ini, Burns mengaku sangat memegang nasihat ini. Dia mengikuti instingnya manakala berbenturan dengan nasehat yang tak disukainya. Ketika seorang gurunya di sekolah SMA mendorongnya mengambil karir di bidang perawatan, dia menolaknya. Dia bergegas ke perpustakaan untuk belajar matematika dan sains, area yang sangat dikuasainya. Dia kemudian mengambil teknologi mekanik Polytechnic Institute of New York setelah lulus dari Columbia University. Semasa di Columbia ini (1980) Burns magang di Xerox yang kemudian menjadi perjalanan panjang karirnya hingga menapak menjadi orang nomor satu. Lebih tepat: wanita kulit hitam pertama di puncak Xerox.

Wanita perkasa lain ada di DuPont Co. Namanya: Ellen Kullman. Wanita berusia 55 tahun ini adalah Chair of the Board dan CEO DuPont. Dia adalah CEO ke 19 selama perjalanan DuPont yang sudah mencapai 208 tahun. Kelahiran Delaware ini meduduki kursi puncak pada 1 Januari 2009.

Seperti halnya Burns, perjalanan karir Ellen juga berliku, menapak dari bawah. Dia memulai karir di DuPont pada tahun 1988 sebagai manajer pemasaran setelah sebelumnya bekerja di General Electric. Karirnya melejit 7 tahun kemudian saat diangkat menjadi direktur bisnis untuk sejumlah produk termasuk White Pigment & Mineral Product. Setelah itu karpet merah seakan dibentangkan untuknya. Dia memegang tulang punggung DuPont yakni DuPont Safety Reseources dan Bio-Based Materials (1999). Sukses mengembang tugas ini, Ellen didapuk menjadi Vice President Safety & Protection (2002), EVP (2006), sebelum akhirnya menduduki kursi puncak.

Di luar nama-nama di atas, masih ada wanita yang berada di posisi puncak, seperti Andrea Jung (CEO Avon), Patricia Woertz (CEO Archer Daniels Midland), Irene Blecker Rosenfeld (CEO Kraft Food) dan Indra Nooyi (Pepsi Co). Memang jumlahnya ada kemajuan. Ambil contoh untuk perusahaan Fortune 500. Tahun 1996, hanya ada seorang wanita yang menjadi CEO perusahaan Fortune 500. Kini, ada 14 orang, yang salah satunya adalah Ursula Burns. Kendati demikian, tetap saja jumlahnya memang tidak seberapa dibanding kaum Adam.

Suka atau tidak, memang ada gap dalam dunia kepemimpinan, khususnya woman leadership. Kaum perempuan belum banyak menempati posisi penting di dunia kepemimpinan, tidak hanya di ranah bisnis, tapi juga bidang lain seperti politik. Itulah sebabnya, ketika ada perempuan perkasa di puncak kepemimpinan, tetap menjadi perhatian, bahkan di AS sekalipun, negeri pengusung kebebasan.

Saking menariknya, McKinsey sempat melakukan wawancara global untuk mencari tahu apa sih kunci sukses kepemimpinan kaum wanita. Mereka geregetan karena kaum Hawa banyak yang memulai bisnis dan karir dengan level intelegensia, pendidikan serta komitmen yang sama dengan kaum pria, tapi dalam perjalanannya mereka kerap tertinggal dibanding kaum Adam.

Studi yang dilakukan McKinsey tahun 2008 ini tetap relevan hingga kini dalam mengupas woman leadership. Bertajuk “Centered Leadership: How Talented Woman Thrive”, studi ini menelurkan model bernama centered leadership. Model ini melihat ada 5 dimensi yang saling terkait yang menentukan kemampuan kepemimpinan. Pertama, meaning: menyangkut tujuan (purpose). Kedua, managing energy; mengetahui dari mana munculnya energi sekaligus mengelolanya. Ketiga, positive framing: memiliki cara pandang positi, termasuk saat menghadapi masa sulit. Keempat, connecting: mengetahui bagaimana menciptakan relasi yang bisa membuatnya tumbuh. Dan kelima, engaging: tahan banting, percaya diri menangkap setiap peluang yang ada, termasuk dengan risikonya, serta mampu berkolaborasi dengan orang lain.

Dengan 5 dimensi tersebut, maka seorang pemimpin jelas membutuhkan kekuatan fisik, intelektual, emosional dan spiritual yang membuatnya bisa mencapai kinerja terbaik serta menginspirasi orang lain. Dan wanita memiliki potensi untuk melakukan itu. Alasannya, beban ganda wanita, mengurus rumah tangga dan karir membuat mereka lebih mampu dalam mengelola naik turunnya emosi. Alasan klasik tapi selalu relevan.

Junko, Burns dan Ellen adalah contoh kaum Hawa yang mampu menjawab tantangan di atas. Burns, misalnya. Dia dikenal sebagai orang yang kritis dan punya cara pandang positif. Tahun 1990, dia diminta VP Marketing & Customer Operations Xerox, Waylon Hicks untuk berpartisipasi dalam sebuah tim khusus. Rupanya ada yang meragukan kemampuannya hanya karena dia wanita. Tanpa ragu, Burns pun “menyalak”. Dia bombardir sang penentang dengan argumentasi yang cerdas.

Waylon terkesan. Burns pun diminta ke ruangannya. Sejurus kemudian, Waylon mengangkat Burns menjadi asisten eksekutif untuknya. ”Sungguh sebuah peluang berguru, bekerja berdampingan dengannya membuatku memahami bagaimana menjalankan bisnis,” kenang Burns. Tak berapa lama, karirnya pun naik. Kepribadian dan kecerdasannya memikat Paul Allaire (kemudian menjadi CEO), untuk menggunakan jasanya, menjadikannya asisten eksekutif.

Kesempatan yang diterima Burns benar-benar sangat besar. Dan dia, dengan menggunakan model centered leadership, mampu mengembangkan dimensi connecting serta engaging. Dia mampu menciptakan relasi yang baik, dan menunjukkan kinerja cemerlang dari peluang yang didapatnya. Salah satu peluang itu, tentu saja adalah pengalaman. “Dekat dengan Paul secara pribadi membuatku bisa merasakan langsung bagaimana aktivitas manajemen papan atas. Saya mendapatkan rasa percaya diri karenanya,” katanya.

Faktanya, Burns memang benar-benar bisa memanfaatkan hal itu. Karirnya menanjak, dari GM, lalu VP divisi faksimili serta corporate strategic services. Tahun 2007, dia disebut oleh CEO Xerox yang juga wanita, Anne Mulcahy sebagai penggantinya.

Mentalitas yang sama juga dimiliki Ellen. Saat diangkat menjadi CEO, tak banyak tentangan diterima Ellen. Ini tak lain karena dia memang mampu menunjukkan rekam jejaknya yang ciamik, menunjukkan kompetensinya mengeksplorasi peluang. Sepanjang karirnya di DuPont, Ellen tak henti menorehkan prestasi. Sebagai contoh, sewaktu menjadi VP Safety & Protection, dia mampu menggenjot penjualan dari US$ 3,5 miliar di tahun 2002 menjadi US$ 5,5 miliar pada 2006.

Ibu tiga anak ini mengungkapkan bahwa personalitasnya yang berani bicara apa adanya sangat membantunya beradaptasi di dunia yang relatif didominasi kaum pria. “Aku tak pernah memandang diriku berbeda dari pria,” katanya tentang cara pandangnya. “Aku pikir itu sangat membantu karena membuat nyaman.”

Pelajaran dari sedikit pemimpin wanita kelas dunia ini tentu saja menarik. Mereka percaya bila menunjukkan karir cemerlang, jalan akan terbuka. Yang penting, mengacu ke model centered leadership: anda harus punya tujuan, mampu mengelola energi, berpikir positif, mampu berkoneksi dan tahan banting. ***

0 comments: