Di
tengah kejayaannya, dia justru mengambil langkah mundur. Tongkat estafet pun
diserahkan dengan alasan anak mudah lebih tahu bisnis terkini.
SEBUAH MEMO
15
Januari 2013. Sepucuk memo membuka konfirmasi atas yang selama ini menjadi isu.
“Fellow Aliren, internet adalah milik anak muda. Pada usia 48 tahun,
saya tidak lagi ‘muda’ untuk melakoni bisnis internet.” Tulisan itu dibuat Jack
Ma, pendiri dan bos Alibaba Group. “Aliren” adalah panggilannya untuk para
karyawan. Dengan memo ini, Ma pun pamit mundur sebagai CEO. Dia menyerahkan
tongkat estafet pada penggantinya, Jonathan Lu untuk melanjutkan pekerjaan yang
telah dirintisnya, di sebuah perusahaan raksasa yang mengagumkan.
Ya,
Alibaba Group kini memang luar biasa. Kelompok usaha ini menjadi kekuatan e-commerce
bukan hanya di China, tapi juga di dunia. Kuartal IV/2012, laba bersihnya
melonjak 170% mencapai US$ 642 juta, menjadikannya perusahaan internet paling
menguntungkan di China. Pesaingnya, Tencent mencetak US$ 550 juta, sementara
Baidu US$ 448 juta. Alibaba kini bahkan tengah menuju perusahaan pertama yang akan
mengelola transaksi online senilai US$ 1 triliun dalam satu tahun.
Selain Alibaba.com, senjata
utama Alibaba untuk menuju ke arah itu adalah 3 situs andalannya.
Pertama, Taobao. Ini adalah online marketplace mirip eBay yang
menguasai 90% pasar China. Situs ini adalah salah satu dari 20 website yang
paling banyak dikunjungi. Kedua, Tmall,
mal online yang menguasai 51% segmen business-to-consumer (B2C) di
China, mengacu
pada studi iResearch, konsultan
peneliti internet di Beijing. Tmall yang mirip
Amazon ini menolong merek-merek global seperti Disney dan Levi’s menjangkan
kelas menengah China. Tahun
lalu, Tmall
and Taobao mencetak prestasi istimewa: menjual produk senilai total
US$ 175 miliar. Alibaba
sendiri, pada satu hari di bulan November 2012, bahkan bisa menjual US$ 3
miliar. Adapun andalan yang terakhir adalah Alipay, layanan
pembayaran elektronik.
Kehebatan Alibaba Group tak bisa dilepaskan dari tangan dingin Ma. Di
negeri di mana para taipan kebanyakan adalah putra-putri politisi papan atas,
Ma terhitung lain sendiri. Lelaki ini tergolong orang biasa. Dua kali gagal
sekolah ke universitas, Ma belajar bahasa Inggris dari radio dan menjadi
seorang guru. Internet dikenalnya selama bepergian ke Amerika sebagai
penerjemah di pertengahan tahun 1990-an. Perjalanan itulah yang mengubah
hidupnya, dan kelak, hidup banyak orang-orang sebangsanya.
Jalan ke arah itu dimulai dari hal yang sederhana. Satu waktu, setelah
mengenal internet, Ma mencoba mengetikkan kata “Chinese beer” ke dalam sebuah search
engine. Tak ada hasil. Maka dia pun melihat sebuah peluang. Di Hangzhou, Ma
memulai Alibaba.com pada tahun 1999 untuk membantu perusahaan kecil menemukan
pelanggan dan pemasok tanpa bantuan broker yang menuntut biaya banyak.
Hingga pertengahan 1990-an, pertumbuhan internet di China perlahan tapi
pasti berjalan melesat. Namun, perkembangan itu relatif tidak dilaporkan
media-media China yang memang penuh dengan sensor. Memulai Alibaba tidaklah
mudah bagi Ma. Tapi dia tetap melihat peluang di mana-mana. China punya banyak
pengusaha kecil yang perlu dihubungkan satu sama lain secara lebih efisien.
Aumsinya terbukti. Alibaba mendapat apresiasi hebat. Di tengah kehancuran
dotkom di tanah Amerika, situs ini terus melaju. Bahkan bukan hanya masyarakat
lokal yang menggunakannya. Seiring dengan kian terbukanya China dan
berkembangnya ekonomi negeri itu, perusahaan-perusahaan global makin membutuhkannya.
Para pembuat mesin di Turki atau Inggris, misalnya, menggunakannya untuk
menemukan pemasok murah di China tanpa mesti pergi ke sana. Keunggulan Alibaba
adalah pembeli dapat membaca review yang ditulis orang lain tentang
setiap penjual, yang menghasilkan rasa percaya diantara para pengunjung.
Besutan Ma ini kadang mirip eBay, tapi sebenarnya lebih mirip Yellow Pages
online.
Sukses dengan rintisannya, Ma terus bergerak maju. Dia melengkapi amunisinya.
Taobao dan Tmall lahir. Lalu, untuk mendorong trafik lewat situsnya, dibangunnya
sistem pembayaran online, Alipay pada tahun 2004. Dan seperti situs pertama,
semuanya bergerak melampaui ekspektasi awal sehingga Alibaba Group pun mendominasi nilai
ritel online China yang terus
membesar dari hari ke hari.
![]() |
Jack Ma, tokoh di balik fenomenalnya Alibaba |
Pertumbuhan Alibaba Group yang sangat cepat segera memantik perhatian.
Mereka menantang pemain-pemain besar, terutama Amazon dan eBay. Toh sejak awal
Ma sadar posisi. Menurutnya, Alibaba akan sukses dengan inovasi dan fokus untuk
memenangkan keunggulan kompetitifnya di China dan tidak langsung terpancing
berekspansi global. “eBay mungkin hiu di samudra luas,” kata Ma satu waktu,
“tapi saya adalah buaya di sungai Yangtze. Jika kami bertempur di samudera,
kami kalah, tapi kalau bertempur di sungai, kami yang menang.” Samudera luas
adalah ibarat pasar global, sementara Yangtze menggambarkan China daratan dan
sekitarnya.
Sejarah mencatat “Buaya Sungai Yangtze” ini benar-benar mengembangkan
Alibaba Group dengan kecepatan yang luar biasa. Memang tantangan terus berdatangan,
termasuk dari saudara lokal yang juga mengembangkan platform e-commerce, Dangdang Inc. dan
Tencent Holding. Namun sebagai perintis, Alibaba berlari semakin di depan. Bahkan
kelompok usaha ini bukan hanya menjadi online bazaar terbesar di muka
bumi. Untuk China, mereka menempati posisi khusus.
“Orang sering bertanya apa perbedaan antara e-commerce di AS dan di
China,” kata Ma dalam pertemuan dengan para investor yang digelar Credit Suisse
di Hong Kong. “Di AS, e-commerce hanyalah hidangan penutup (desert),
cuma pelengkap. Di China, e-commerce adalah hidangan utama (main
course). Kami membangun infrastruktur China,” katanya.
Pernyataan itu benar adanya. Kiprah Alibaba Group lebih dari sekedar situs.
Mereka mendorong produktivitas di sektor ritel dan logistik yang tidak efisien.
Lebih dari perusahaan lain, Alibaba mendorong percepatan ekonomi yang biasanya
tumbuh dengan model investment-heavy menjadi driven by consumption. Bahkan
dengan layanan terbarunya, AliFinance, mereka membantu meliberalisasi keuangan
China. Dalam waktu singkat. AliFinance sudah
menjadi big
microlender
untuk perusahaan-perusahaan kecil. Ini membantu meliberalisasi keuangan
China. Bank-bank pemerintah yang besar-besar di China, telah lama memandang
sebelah mata kalangan kecil.
Alhasil, Ma membuat Alibaba duduk terhormat di jantung apa yang disebut
pengamat sebagai “kapitalisme bambu” – sebuah kondisi di mana kapitalisme
tumbuh di tengah dominasi partai dan negara. “Kalau Alibaba kolaps,
sedikitnya
500 ribu UKM China akan bangkrut dan jutaan orang akan terkena dampak
buruknya,” kata Ma.
Yang menarik, bukan semata magnitude yang ditimbulkan Alibaba. Kekuatan
terbesar Alibaba sekarang adalah data pelanggannya. Situsnya mencatat lebih
dari 60% lalu lintas paket barang yang dikirim di China. Alibaba lebih tahu
dari pada siapapun tentang kebiasaan belanja dan kelayakan kredit kelas
menengah China, plus data jutaan pedagang China. Kabarnya, Partai Komunis
bahkan cemburu karena Alibaba memiliki data warga China.
SANG PENERUS
Toh, Ma adalah tipikal pengusaha yang tahu perihal “exit strategy”. Di
tengah kebesaran Alibaba, dia mengambil langkah mundur. Tahun ini ibarat lap
terakhir. “Kehidupan
begitu pendek. Saya tak ingin berusia 80 tahun dan tetap menjalankan
perusahaan,” katanya. “Mundur sebagai CEO adalah keputusan sulit, terutama bagi
saya yang menurut sebagian orang berada di puncak karir. Tapi saya kini berusia
48 tahun, tidak lagi ‘muda’ untuk bisnis internet.” Kata-kata yang kemudian
ditegaskan dalam memonya pada 15 Januari 2013.
Jonathan
Lu, Chief Data Officer Alibaba yang telah lebih dari satu dekade menjalanan
peran eksekutif, ditunjuk Ma menjadi CEO dan menyiapkan diri membawa Alibaba meniti
masa depan yang bukan hanya penuh harapan, tapi juga tantangan.
Ma telah mengungkap bahwa Alibaba Group akan melakukan IPO. Hingga kini tak
dijelaskan kapan persisnya hal itu akan dilakukan. Namun penunjukkan Lu
mengindikasikan bahwa Ma ingin perusahaan yang telah dibesutnya itu dipimpin
oleh sosok yang memiliki pemahaman mendalam tentang bisnis e-commerce.
Lu (43 tahun) direkrut pada tahun 2000 untuk mengembangkan penjualan Alibaba
di China Selatan. Dia telah memimpin pengembangan unit payment, Alipay,
dan menjadi presiden unit tersebut. Pada tahun 2008, dia ditugaskan mengelola
Taobao dan menjadi head-nya pada tahun 2010. Kedua unit ini sukses di
tangannya dan menjadi kunci pertumbuhan Alibaba Group. Pada tahun 2011, Lu
dipilih Ma untuk memimpin Alibaba setelah sempat terjadi masalah fraud.
Berbeda dengan Ma yang piawai bahasa Inggris dan Mandari, Lu lebih nyaman
bicara bahasa Mandarin.
Dengan peralihan posisi dari Ma ke Lu yang digelar pada Mei 2013, maka masa
depan Alibaba kini di tangan generasi baru. Lu akan memimpin Alibaba
melakukan IPO yang diprediksi kalangan analis akan lebih besar daripada Facebook.
![]() |
Lu sang penerus. Di tangannya harapan besar disampirkan |
Pada titik ini, Ma terlihat sangat hati-hati. IPO Facebook dilakukan
dengan valuasi tinggi: US$
104 miliar. Tapi apa yang terjadi sekarang? Kapitalisasi pasarnya di posisi
US$ 63 miliar. Ma tak ingin Alibaba menjadi
the next
Facebook
– dinilai tinggi, tapi akhirnya terjun bebas. Dia ingin penilaian yang lebih
konservatif. Dia ingat bagaimana perusahaan terbesar sekarang, Apple
yang sekarang dinilai US$ 420 miliar, dulunya hanya dinilai US$ 90 miliar di
tahun 2009. Terlepas dari sikap hati-hati itu, pasar menaksir Alibaba berkisar
antara US$ 55 miliar-120 miliar.
Dengan posisinya sekarang, Lu membawa Alibaba menghadapi fase penting: masa
depan. Tahun 2020, pasar e-commerce China diprediksi akan lebih besar
dibanding gabungan pasar Amerika, Inggris, Jerman dan Prancis. Nilai ini tak
berlebihan. Lembaga
konsultan global, McKinsey
menaksir China
akan mengambil alih AS sebagai pasar ritel online terbesar di dunia
di tahun 2015. “Ritel online di China tak hanya menjadi kanal pengganti untuk
pembelian offline. Ini mendorong konsumsi secara inkremental,” tulis
McKinsey. Ma sendiri memprediksi hampir sepertiga orang China akan online
dalam 5 tahun ke depan. Ini berarti Alibaba akan mentransformasi konsumsi di
negara dengan populasi terbesar di dunia ini. Dan bukan hanya itu: mereka akan
makin menantang Amazon serta eBay karena Lu juga ditugaskan membawa Alibaba
berekspansi global dengan menangkap kalangan China perantauan serta bergerak ke
sejumlah kawasan di mana ekonomi tengah tumbuh.
Lantas,
apa peran yang akan diambil Ma?
Ma adalah salah satu orang tajir China dengan kekayaan sekitar US$ 3,8
miliar per Maret 2013. Lelaki ini tak terlalu menunjukkan minat pada teknologi.
Dia tak menghabiskan banyak waktu untuk online, atau asyik berselancar
dengan iPad. Waktu luangnya dia habiskan lebih banyak untuk poker, atau
sesekali ikut terapi pengobatan tradisional. Dia bergabung dengan aktor laga,
Jet Li untuk membangkitkan kesadaran tentang tai chi serta bela diri
China tradisional. Kepedulian pada lingkungan juga menjadi minatnya. Tahun
2010, Ma bergabung dalam dewan global Nature Conservancy. “Sebenarnya, bisnis bukanlah
cinta pertamanya,” kata Orville
Schell, mantan dekan sekolah jurnalis di University of California at Berkeley, yang juga
kawan dekatnya.
Seperti
halnya Bill Gates yang mengispirasinya, Ma akan
bergerak ke balik layar sebagai executive chairman yang hanya berurusan
dengan strategi serta pengembangan SDM. Apakah dia akan menulis buku?
Perkara ini sering ditanyakan orang karena banyak yang ingin tahu bagaimana
dia membangun kerajaan bisnisnya. Tapi telah lama dia menjawab secara
diplomatis. “Saya tak punya rencana menulis buku tentang Alibaba karena mereka
yang dapat menulis buku, tak tahu bagaimana menjalankan bisnis. Dan siapa yang
dapat menjalankan bisnis, tidak tahu bagaimana menulis buku,” katanya. “Tapi,”
dia menyergah, “mungkin saja sih saya menulis buku. Cuma judulnya, ‘Alibaba and His 1001 Mistakes’. Karena dari
kesalahan yang kami buat akan bisa menolong orang lain untuk sukses.”
Ma boleh saja merendah. Tapi orang tetap tertarik untuk melihat apakah ini
benar-benar lap terakhir. Atau dari balik layarnya, dia justru makin powerful
untuk menyetir perusahaannya. ***